Kamis 08 Oct 2020 22:57 WIB

Apa yang Didapat dari 19 Tahun Perang Berdarah Afghanistan?

Perang 19 tahun di Afghanistan hanya menyisakan kegetiran warga.

Rep: Fergi Nadira B/ Red: Nashih Nashrullah
Perang 19 tahun di Afghanistan hanya menyisakan kegetiran warga. Para wanita Afghanistan memegang plakat bertuliskan di Pashto
Foto:

 

photo
Tentara Pakistan berjaga di perbatasan Pakistan-Afghanistan di Badini Trade Gateway, sehari setelah dibuka di Qila Saifullah, provinsi Balochistan, Pakistan, 17 September 2020. Gerbang perdagangan Badini akan memfasilitasi perdagangan kedua negara. - (EPA-EFE/JAMAL TARAQAI)

Setelah dua bulan pengeboman hebat dan serangan darat di seluruh negara pegunungan, kota Bonn di Jerman dipilih untuk menjadi tuan rumah Konferensi Internasional pertama di Afghanistan pada Desember tahun yang sama. 

Ini menghasilkan Otoritas Sementara Afghanistan yang didominasi Aliansi Utara dan dipimpin oleh Hamid Karzai, yang menjadi presiden terpilih pertama Afghanistan pada 2004 dan dia memenangkan masa jabatan kedua pada 2009.

Mantan ekonom dan antropolog Bank Dunia Mohammad Ashraf Ghani menjadi presiden kedua dari pemerintah Republik Islam Afghanistan yang didukung Barat pada 2014 dan dilantik untuk masa jabatan lima tahun kedua pada 2020. 

Tetapi kendali pemerintah Kabul atas negara pegunungan itu tetap ditantang dan dirusak oleh Taliban, meskipun bertahun-tahun militer asing dan dukungan keuangan.

Pada peringatan 19 tahun invasi Amerika Serikat, Taliban mengingatkan Amerika Serikat bahwa mereka seharusnya melakukan dialog saat itu untuk menyelamatkan banyak nyawa dan kekayaan yang hilang dalam perang. 

Dalam pernyataan Taliban, mengatakan, pada saat Taliban pada  2001, pejabat Amerika dengan arogan menolak semua tawaran Imarah Islam (Taliban) dengan cara yang meremehkan dan meluncurkan invasi militer. Taliban mengatakan, 19 tahun kemudian, semua pihak sepakat bahwa masalah tersebut telah diselesaikan melalui dialog.

"Pemahaman seperti yang dianjurkan Imarah Islam sejak awal, dan jika usulan damai Imarah Islam diterima secara positif, maka kita tidak akan mengalami perang yang panjang, kebrutalan dan penganiayaan, pembunuhan, luka-luka dan pemindahan orang-orang kami yang tidak bersalah, dan perampasan yang merajalela, penjarahan, penyuapan, pengkhianatan, kecabulan, pengkhianatan, produksi narkoba endemik dan ratusan kejahatan lainnya," kata pernyataan Taliban yang dikeluarkan juru bicara kelompok itu Zabiullah Mujahid.

Beberapa hari setelah serangan 9/11 di AS, Bush menyatakan dalam pidatonya di televisi bahwa dia memberi para pemimpin Taliban serangkaian tuntutan yang jelas dan spesifik, yakni tutup kamp pelatihan teroris. Serahkan para pemimpin jaringan Alqaeda dan kembalikan semua warga negara asing, termasuk warga negara Amerika, yang ditahan secara tidak adil, yang tidak ditemui. "Dan sekarang, Taliban akan membayar harganya," katanya.

Dulu ada lebih dari 100 ribu tentara Amerika Serikat di Afghanistan. Namun saat ini kurang dari 10 ribu tentara asing menjadi bagian dari misi pelatihan Dukungan Tegas yang dipimpin NATO.

Taliban masih belum mengakui pemerintah Kabul sebagai perwakilan sah rakyat Afghanistan. Presiden Afghanistan Ghani percaya agar perdamaian menang, Taliban harus menyadari dan mengakui realitas Afghanistan modern. 

"Mengapa mereka begitu takut mengumumkan gencatan senjata?" ujar Ghani dalam sebuah konferensi di forum Doha pada malam peringatan 19 tahun invasi Amerika Serikat ke Afghanistan. Ghani meyakinkan Taliban bahwa mereka dipandang sebagai realitas Afghanistan.

"Mereka harus memiliki keberanian bahwa rakyat Afghanistan akan memutuskan masa depan mereka. Perdamaian membutuhkan rasa pengampunan," kata Ghani.

 

Sumber: https://www.aa.com.tr/en/asia-pacific/19-years-after-war-peace-still-elusive-in-afghanistan/1999322

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement