REPUBLIKA.CO.ID, MANILA — Khawatir sekolah jarak jauh bisa menjadi masalah, Filipina mendirikan pusat panggilan darurat yang dikelola puluhan guru untuk memastikan siswa tidak tertinggal di kelas. Pusat panggilan sementara mulai dibuka di ibu kota, Manila pada Senin (5/10) dan dikelola oleh 70 orang.
Mereka menjawab ratusan pertanyaan harian melalui telepon, surat elektronik (surel), dan pesan instan untuk mendampingi para siswa belajar secara virtual. “Pendidikan yang berkualitas harus dilanjutkan. Hanya karena ada pandemi yang sedang berlangsung, kualitas pembelajaran seharusnya tidak terganggu,” kata ketua tim program dukungan, Ferdinand Delgado.
Dia menjelaskan program itu dibuat untuk memperkuat upaya pemerintah dalam membantu pendidikan siswa di Filipina. Sekolah-sekolah di seluruh negeri ditutup sejak Maret untuk menahan laju penyebaran virus corona. Virus ini telah menginfeksi lebih dari 330 ribu orang dan menyebabkan lebih dari 6.000 kematian di negara itu.
Presiden Filipina Rodrigo Duterte berjanji tidak membuka kembali sekolah sampai vaksin Covid-19 tersedia. Sekitar 50 guru dan 20 guru pengganti pada program dukungan telah dilatih pengawas pusat panggilan untuk menangani pertanyaan siswa yang sebagian besar sejauh ini tentang matematika atau sains.
Filipina telah dijuluki sebagai call center of the world karena mempekerjakan lebih dari satu juta orang dalam industri Business Process Outsourcing, melayani perusahaan internasional dengan pelanggan di seluruh dunia. “Program ini sangat penting bagi siswa, karena mereka tidak selalu dapat dengan mudah menjangkau guru sekolahnya,” kata guru matematika, Ailene Almoite.
Apalagi, dia melanjutkan, banyak orang tua tidak paham dengan pelajaran yang diberikan kepada anak sehingga tidak dapat membantu mereka.