REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI — Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengatakan ingin menjalin dialog yang bermakna dengan China. Hal tersebut disampaikan saat hubungan antara Beijing dan Taipei kian memanas.
Saat berbicara pada perayaan Hari Nasional, Tsai tak menampik situasi di Selat Taiwan dibalut ketegangan. Dengan adanya sengketa Laut China Selatan, pertikaian di perbatasan China-India, dan aksi represif di Hong Kong, Tsai berpendapat demokrasi dan perdamaian di kawasan itu menghadapi tantangan besar.
Menurut dia, jika China dapat mengindahkan suara Taiwan dan bersama-sama memfasilitasi rekonsiliasi serta dialog damai, ketegangan regional pasti dapat diselesaikan. "Selama otoritas Beijing bersedia menyelesaikan antagonisme dan meningkatkan hubungan lintas selat, sementara paritas dan martabat dipertahankan, kami bersedia bekerja sama untuk memfasilitasi dialog yang bermakna," kata Tsai.
Tsai mengatakan, dia berkomitmen menjaga stabilitas Selat Taiwan. Namun, itu tanggung jawab kedua belah pihak. Tsai pun menekankan, penguatan angkatan bersenjata Taiwan tetap menjadi prioritas dan akan terus mendorong hal tersebut.
Prinsip tidak mencari perang atau takut terhadap perang dijunjung tinggi. “Komitmen kami terhadap kedaulatan dan nilai-nilai demokrasi tidak akan berubah, tetapi kami juga akan menjaga fleksibilitas strategis serta tanggap terhadap perubahan,” ujarnya tanpa menjelaskan lebih lanjut.
China memandang Taiwan sebagai provinsi yang memberontak dan mengeklaim kepulauan otonom tersebut merupakan bagian dari wilayahnya. Namun Taiwan enggan tunduk pada klaim tersebut.
Selama beberapa pekan terakhir, pesawat-pesawat tempur China meningkatkan aktivitasnya di dekat wilayah udara Taiwan. Taipei telah memandang tindakan itu sebagai bentuk provokasi dan intimidasi.