Senin 02 Nov 2020 17:10 WIB

Duterte Tinjau Kerusakan Badai Goni

Badai Goni menjadi badai terkuat sejak badai Haiyan pada 2003 lalu

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
Badai Goni menjadi badai terkuat sejak badai Haiyan pada 2003 lalu di Filipina. Ilustrasi.
Badai Goni menjadi badai terkuat sejak badai Haiyan pada 2003 lalu di Filipina. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Presiden Filipina Rodrigo Duterte akan melakukan inspeksi dari udara untuk melihat badai terkuat tahun ini. Sejauh ini tercatat 16 orang tewas dalam bencana alam tersebut walaupun pemerintah menegaskan upaya evakuasi mencegah lebih banyak korban.  

Dalam pernyataannya badan penanggulangan bencana Filipina mengatakan tiga orang dinyatakan hilang dari selatan provinsi pulau utama Luzon. Sementara jalur komunikasi di sejumlah daerah yang belum terhubung.

Baca Juga

Badai Goni yang menghantam provinsi sebelah selatan Manila adalah badai ke-18 yang menghantam Filipina tahun ini. Badai tersebut juga menjadi badai terkuat sejak badai Haiyan yang menewaskan lebih 6.300 orang pada 2003 lalu.

"Tujuannya utamanya korban jiwa nol, tetapi karena masyarakat dievakuasi paksa maka korban jiwa berkurang," kata juru bicara Duterte, Harry Roque di konferensi pers, Senin (2/11).

Roque mengatakan Duterte terbang dari Manila ke kampung halamannya di Davao untuk melakukan inspeksi sejumlah wilayah paling terdampak melalui udara. Keputusan Duterte mengunjungi Davao saat badai menghantam dikritik sejumlah pihak.

Kepala kepolisian Filipina juga berkeliling Guinobatan di Provinsi Albay setelah anggota parlemen melaporkan 300 rumah terkubur batu vulkanik dan lumpur dari gunung berapi Mayon. Kepala Palang Merah Filipina Senator Richard Gordon mengatakan Badai Goni yang berkecepatan 310 kilometer per jam menghancurkan 80 persen rumah di beberapa kota termasuk Catanduanes.

Menteri Energi Filipina Alfonso Cusi mengatakan komunikasi dan jaringan listrik 275 ribu orang mati. Goni menghantam 2,1 juta warga Luzon yang bertanggung jawab atas dua pertiga perekonomian dan membuat 50 ribu rumah tanpa listrik. Pihak berwenang mengatakan lebih dari 300 ribu orang masih tinggal di pusat penampungan.

Angin kencang dan hujan lebat telah menghancurkan lahan pertanian senilai 1,1 miliar peso atau 23 juta dolar AS. Menteri Pertanian Filipina William Dar mengatakan sebagian besar adalah lahan pertanian beras dan jagung.

Sebelum Goni menerpa, Filipina juga masih dicengkeram dampak Badai Molave. Badai yang menghantam selatan provinsi Manila itu menewaskan 22 orang, sebagian besar karena tenggelam.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement