Senin 14 Dec 2020 21:17 WIB

Kapal Tanker Minyak di Saudi Terbakar dan Meledak

Kapal tanker minyak di lepas pantai pelabuhan Jeddah dilaporkan mendapat serangan

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
Kapal tanker minyak di lepas pantai pelabuhan Jeddah dilaporkan mendapat serangan. Ilustrasi.
Foto: EPA-EFE/SRI LANKAN AIR FORCE MEDIA
Kapal tanker minyak di lepas pantai pelabuhan Jeddah dilaporkan mendapat serangan. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH - Sebuah kapal tanker minyak di lepas pantai pelabuhan Jeddah, Arab Saudi dilaporkan mendapatkan serangan oleh sumber eksternal tak dikenal. Akibatnya kebakaran dan ledakan di kapal tersebut tidak terelakan.

Dalam sebuah pernyataan pada Senin (14/12), perusahaan pelayaran Hafnia mengatakan 22 awak di kapal BW Rhine berbendera Singapura berhasil selamat tanpa cedera. Hafnia juga memperingatkan ada kemungkinan beberapa minyak bocor dari lokasi ledakan.

Baca Juga

"BW Rhine telah diserang dari sumber eksternal saat diberhentikan di Jeddah, Arab Saudi sekitar pukul 00.40 waktu setempat pada 14 Desember 2020 yang menyebabkan ledakan dan kebakaran berikutnya," kata Hafnia di situsnya dikutip laman Aljazirah, Senin.

Hafnia mengatakan para awak kapal berupaya memadamkan api. Pihaknya juga melaporkan bagian lambung kapal telah rusak.

"Ada kemungkinan beberapa minyak telah keluar dari kapal, tetapi ini belum dikonfirmasi dan instrumentasi saat ini menunjukkan bahwa tingkat minyak di kapal berada pada tingkat yang sama seperti sebelum kejadian," kata Hafnia.

Menurut data pengiriman di Refinitiv, BW Rhine memuat sekitar 60 ribu ton bensin dari pelabuhan Yanbu pada 6 Desember. Kapal tanker itu saat ini 84 persen penuh.

Ledakan ini pun mengguncang pasar energi. Insiden tersebut memantik harapan bahwa peluncuran vaksin Covid-19 akan mengangkat permintaan bahan bakar global, mendorong minyak mentah Brent kembali di atas 50 dolar AS per barel.

Operasi Perdagangan Laut Inggris Raya, sebuah organisasi di bawah angkatan laut kerajaan Inggris, mendesak kapal-kapal di daerah Saudi itu untuk berhati-hati. Pihaknya juga melaporkan penyelidikan sedang berlangsung.

Dryad Global, sebuah perusahaan intelijen maritim, juga melaporkan ledakan tersebut. Namun tidak ada yang segera menginformasikan detail penyebabnya.

Arab Saudi juga belum mengakui ledakan yang melanda pelabuhan penting dan pusat distribusi untuk perdagangan minyaknya. Insiden ini juga terjadi setelah sejumlah insiden keamanan terkait infrastruktur minyak Saudi.

Pada 25 November, sebuah ledakan merusak sebuah kapal tanker yang dikelola Yunani saat berlabuh di pelabuhan Shuqaiq di Saudi. Kerajaan menyalahkan pemberontak Houthi Yaman atas serangan ranjau tersebut. Houthi, yang memerangi koalisi pimpinan Saudi di Yaman, tidak mengomentari insiden tersebut.

Houthi malah mengeklaim serangan rudal yang menghantam stasiun distribusi perusahaan minyak Saudi Aramco di Jeddah pada 23 November. Dryad Global mengatakan jika Houthi berada di balik ledakan pada Senin (14/12), maka itu akan mewakili perubahan mendasar dalam kemampuan dan niat penargetan.

Laut Merah adalah jalur pengiriman penting untuk kargo dan pasokan energi global, membuat penambangan apa pun di daerah itu berbahaya tidak hanya bagi Arab Saudi tetapi juga bagi seluruh dunia. Tambang bisa masuk ke air dan kemudian terbawa arus yang berubah sesuai musim di Laut Merah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement