REPUBLIKA.CO.ID, KUWAIT -- Arab Saudi membuka kembali perbatasan darat dan laut untuk Qatar. Kabar yang disampaikan Menteri Luar Negeri Kuwait Ahmad Nasser al-Sabah ini menjadi terobosan dalam perselisihan antara Qatar dengan sejumlah negara Arab Teluk.
BBC melaporkan langkah ini diumumkan sebelum pertemuan Dewan Kerja Sama Negara Teluk yang digelar di Arab Saudi, Selasa (5/1) ini. Pejabat pemerintah Amerika Serikat (AS) mengatakan perjanjian untuk mencabut embargo akan ditandatangani.
Seperti diketahui, tiga setengah tahun yang lalu negara-negara tetangga sekutu Arab Saudi mengembargo Qatar. Mereka menuduh negara kecil tapi kaya itu mendukung terorisme.
Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, dan Mesir bergabung dengan Arab Saudi menerapkan embargo diplomatik, perdagangan maupun perjalanan. Qatar membantah mendukung militansi kelompok teror.
Pengamat keamanan BBC, Frank Gardner mengatakan pencabutan embargo ini hasil dari kerja keras melelahkan selama berbulan-bulan terutama yang dilakukan Kuwait. Tekanan dari Gedung Putih semakin kuat terutama pemerintahan Presiden AS Donald Trump segera berakhir.
Gardner menambahkan blokade yang berlangsung selama tiga setengah tahun telah merugikan perekonomian Qatar dan gagasan persatuan negara-negara Teluk. Menurutnya, Qatar tidak akan melupakan bagaimana tetangga-tetangganya menusuk mereka dari belakang.
"Namun di luar retorika diplomatik, salah satu negara, khususnya UEA, ragu Qatar akan mengubah cara mereka, sementara Qatar membantah mendukung terorisme, mereka mendukung gerakan politik Islam di Gaza, Libya dan tempat lain, terutama Ikhwanul Muslimin yang bagi UEA ancaman bagi monarki," kata Gardner.
Menurutnya, embargo hanya mendorong Qatar ke arah musuh ideologi Arab Saudi yakni Turki dan Iran. Mediasi yang dipimpin Kuwait sempat memberikan kemajuan kecil hingga akhirnya beberapa bulan terakhir mencapai terobosan yang berarti.