Hasil penelitian yang diterbitkan oleh laporan mingguan CDC, Rabu, menunjukkan ada 21 kasus anafilaksis yang ditemukan pada periode 14-23 Desember setelah 1.893.360 orang ikut serta dalam uji klinis tahap akhir vaksin buatan Pfizer/BioNTech. Anafilaksis merupakan reaksi alergi parah yang dapat berujung kematian.
Sejumlah ahli masih mempelajari apakah kejang-kejang dan turunnya kekuatan otot pada dokter di Meksiko itu merupakan reaksi dari vaksin COVID-19 atau sebab lain.
Kementerian Kesehatan Meksiko mengatakan hasil uji klinis vaksin tidak menunjukkan adanya kasus peradangan pada jaringan otak setelah anti-virus itu disuntikkan ke relawan.
Pfizer mengatakan pihaknya mengetahui kasus alergi di Meksiko dan perusahaan berjanji akan terus bekerja sama, khususnya jika Kementerian Kesehatan meminta “berbagai informasi yang dibutuhkan”. Meksiko meluncurkan program vaksinasinya sebelum Hari Natal dan tenaga kesehatan jadi kelompok yang diprioritaskan untuk menerima vaksin Covid-19.