Rabu 20 Jan 2021 04:55 WIB

Teori Konspirasi di Balik Penyerbuan ke Capitol Hill

Kelompok QAnon diduga berada di lingkaran pendukung Donald Trump.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Pendukung Presiden Donald Trump naik ke platform pelantikan di Front Barat Capitol AS pada Rabu, 6 Januari 2021, di Washington.
Foto:

QAnon yakin, the Cabal adalah kelompok elite yang menculik anak-anak, menyiksa mereka, lalu mempersembahkannya pada setan. Menurut Segal, gagasan ini didorong sikap anti-Semit yang menekan orang-orang Yahudi selama ratusan tahun.

Kata cabal diambil dari Kabbalah, interpretasi ajaran Yahudi, yang berubah maknanya dalam bahasa Inggris menjadi kelompok politik rahasia. Segal mengatakan, memasukan isu pelecehan dan eksploitasi anak ke dalam gagasan QAnon untuk mendorong sifat urgensinya dan memicu pengikutnya mengambil tindakan ekstrem. "Sejumlah pengikut QAnon telah melakukan aksi kekerasan," kata Segal.

Dalam artikel di Jurnal CTC yang berjudul "The QAnon Conspiracy Theory: A Security Threat in the Making?" disebutkan QAnon muncul pada hari Sabtu tanggal 28 Oktober 2017 di sebuah utas politik di situs 4chan. Situs yang populer dikalangan sayap kanan AS.

Dalam artinya yang ditulis Amarnath Amarasingam dan Marc-André Argentino itu disebutkan QAnon muncul ketika pengguna anonim mengunggah sebuah utas berjudul “Calm

Before the Storm” . Dalam utas tersebut anonomi menulis 'Hillary Clinton akan ditangkap antara pukul 07.45 pagi - 20.30 malam EST hingga Senin pagi 30 Oktober 2017'.  

Pengguna itu menggunakan nama Q’s nom de plume yang mengacu pada Q clearance, level izin di Departemen Energi AS. Tetapi QAnon dapat ditelusuri ke teori konspirasi Pizzagate. Sebuah teori konspirasi mengenai kata-kata terenkripsi dan simbol satanik yang terdapat dalam email kepala tim kampanye Hillary Clinton, John Podesta yang diretas.

Amarasingam dan Argentino menulis kekerasan yang dilakukan oleh pengikut QAnon membuat mereka dapat menyimpulkan teori konspirasi itu berkontribusi pada radikalisasi seseorang. Memperkuat apa yang disebut Ideologically Motivated Violent Extremists (IMVE).

Mereka mengutip FBI yang mengatakan QAnon dan teori konspirasi lainnya dapat 'mendorong sebagian atau seluruh motif sejumlah ekstremis domestik, untuk melakukan tindak kejahatan dan terkadang aktivitas kekerasan'. Sebab teori konspirasi kerap melegitimasi tindak kriminal atau ilegal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement