Senin 08 Feb 2021 11:41 WIB

Protes Mahasiswa Turki Jadi Tantangan Baru Erdogan

Survei mengungkap mayoritas responden menolak penunjukan rektor terkait politik.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Foto:

Asisten Profesor Psikologi Universitas Bogazici, Esra Mungan menyebut protes itu dimotivasi oleh keinginan untuk melindungi lembaga publik yang “sangat berharga.” “Apa yang membedakan universitas kami dari kebanyakan universitas lain di Turki adalah organisasi horizontal yang agak anti-hierarkis. Kami tidak ingin menjadi salah satu tempat yang hanya bisa melakukan penelitian dan patuh sambil berusaha menjaga hubungan baik dengan rektor sebagai figur kekuasaan. Kami tidak terbiasa dengan cara pemerintahan yang otoriter,” kata Mungan.

Mungan yang termasuk di antara lima akademisi perempuan Bogazici menjadi target media pro-pemerintah. Dia menambahkan protes itu adalah bentuk perjuangan untuk universitas yang demokratis, otonom, dan gratis.

Menurut para analis, demontrasi telah membuat Erdogan pusing. “Ini berubah menjadi kontroversi yang memalukan bagi Erdogan,” kata Asisten Profesor Ilmu Politik di Universitas Sabanci Istanbul, Berk Esen.

“Setelah memicu kontroversi atas karya seni Ka'bah, pemerintah tidak punya hal lain yang bisa dilakukan untuk memenangkan opini publik,” tambah dia.

Direktur German Marshall Fund di Ankara, Ozgur Unluhisarcikli menyoroti dugaan serangan terhadap agama telah memungkinkan Erdogan meningkatkan kredensial partainya dan mencoba mengooptasi partai oposisi Saadet.

“Dengan memicu perang budaya, Erdogan memaksa Saadet untuk membuat pilihan, seperti seluruh episode tentang mengubah protes di Bogazici menjadi masalah tentang kelompok LGBTI yang menghina Islam,” ujar dia.

Sementara itu, protes telah mendominasi tajuk berita. Beberapa mahasiswa menjadi sorotan, misalnya Seyma Altundal. Dia mengatakan telah dipukuli dan jilbabnya dilepas oleh polisi saat dia ditangkap pada Senin. “Kami di sini karena kami tahu hak-hak kami dan kami tidak takut untuk mengungkapkannya,” ucap dia.

Universitas di Turki, terutama lembaga publik terkenal seperti Universitas Bogazici dan Universitas Teknik Timur Tengah memiliki tradisi sebagai sarang aktivisme politik sejak 1960-an.  Tradisi ini bahkan meluas hingga polisi tidak diizinkan masuk kampus tanpa izin rektor universitas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement