REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengatakan, Amerika Serikat (AS) dan China dapat bekerja sama dalam berbagai hal jika keduanya memperbaiki hubungan bilateral yang sudah terkoyak. Namun, hal itu dikesampingkan oleh AS yang justru menuduh Beijing berusaha menghindari kesalahan atas tindakanya.
Wang mendesak Washington untuk menghormati kepentingan inti China.
"Berhenti mencoreng Partai Komunis yang berkuasa, berhenti mencampuri urusan dalam negeri Beijing, dan berhenti "berkomplot" dengan pasukan separatis untuk kemerdekaan Taiwan," ujar Wang.
Dia juga meminta AS untuk menghapus tarif atas barang-barang China dan meninggalkan apa yang dia katakan sebagai penindasan irasional terhadap sektor teknologi China.
Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price menanggapi komentar Wang. "Komentarnya mencerminkan pola lanjutan dari kecenderungan Beijing untuk menghindari kesalahan atas praktik ekonomi predator, kurangnya transparansi, kegagalannya untuk menghormati perjanjian internasional, dan penindasannya terhadap hak asasi manusia universal," ujar Ned Price.
Sekretaris pers Gedung Putih Jen Psaki mengatakan kepada wartawan secara terpisah bahwa AS memandang hubungan dengan China sebagai salah satu persaingan kuat.
Sebelumnya Wang berbicara di sebuah forum yang disponsori oleh kementerian luar negeri China. Para pejabat memutar rekaman dari "diplomasi ping-pong" tahun 1972 ketika pertukaran pemain tenis meja membuka jalan bagi Presiden Richard Nixon untuk mengunjungi China.
"Selama beberapa tahun terakhir, Amerika Serikat pada dasarnya memutuskan dialog bilateral di semua tingkatan," kata Wang dalam sambutan yang telah disiapkan yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris.
"Kami siap untuk melakukan komunikasi yang jujur dengan pihak AS, dan terlibat dalam dialog yang bertujuan untuk memecahkan masalah," ujarnya menambahkan. Wang juga mengklaim bahwa panggilan telepon antara Presiden Cina Xi Jinping dan Presiden AS Joe Biden belum lama ini, sebagai langkah positif.
Hubungan negatif
Washington dan Beijing memiliki hubungan yang buruk di berbagai bidang termasuk perdagangan, tuduhan kejahatan hak asasi manusia terhadap minoritas Muslim Uighur di wilayah Xinjiang, dan klaim teritorial Beijing di Laut China Selatan yang kaya sumber daya.