Beragam komentar mewarnai unggahan tersebut. "Anda memalukan China! Anda benar-benar mengabaikan pembunuhan di luar hukum terhadap rakyat Myanmar dan hanya berbicara tentang kepentingan Anda," tulis seorang warganet.
"Saat kami kehilangan nyawa dan menghitung jenazah, China menuduh rakyat Myanmar membakar pabrik garmennya dan mendesak rezim mengambil tindakan serius terhadap warga yang tak bersalah. Ia menuntut agar pengunjuk rasa yang lebih damai dibunuh?" tulis warganet lainnya.
Menurut media yang dikelola Pemerintah China, Global Times, sebanyak 32 pabrik yang dibangun dengan investasi negara telah dirusak. Total kerugian ditaksir mencapai 37 juta dolar AS.
Pada 1 Februari lalu, militer Myanmar melancarkan kudeta terhadap pemerintahan sipil di negara tersebut. Mereka menangkap pemimpin de facto Aung San Suu Kyi, Presiden Win Myint, dan beberapa tokoh senior partai National League for Democracy (NLD).
Kudeta dan penangkapan sejumlah tokoh itu merupakan respons militer Myanmar atas dugaan kecurangan pemilu pada November tahun lalu. Dalam pemilu itu, NLD pimpinan Suu Kyi menang telak dengan mengamankan 396 dari 476 kursi parlemen yang tersedia. Itu merupakan kemenangan kedua NLD sejak berakhirnya pemerintahan militer di sana pada 2011.