Sabtu 20 Mar 2021 16:51 WIB

Perang Diplomasi Pejabat AS dan China Berlangsung Sengit

Blinken mengaku tak terkejut mendapatkan tanggapan defensif dari China.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Menlu AS Antony Blinken.
Foto:

Dalam pidatonya yang berlangsung selama 15 dengan bahasa Mandarin, Yang mengkritik kebijakan luar negeri dan perdagangan AS yang menekan negara lain. Dia juga mengatakan, AS telah menghasut negara-negara lain untuk menyerang China.

"Amerika Serikat menggunakan kekuatan militer dan hegemoni keuangannya untuk menjalankan yurisdiksi lengan panjang dan menekan negara lain. Itu menyalahgunakan apa yang disebut gagasan keamanan nasional untuk menghalangi pertukaran perdagangan normal, dan menghasut beberapa negara untuk menyerang China," ujar Yang.

"Izinkan saya mengatakan di sini bahwa di depan pihak China, Amerika Serikat tidak memiliki kualifikasi untuk mengatakan bahwa ia ingin berbicara dengan China dari posisi yang kuat," kata Yang menambahkan.

Sebelum menjabat sebagai presiden AS, Joe Biden telah diserang oleh Partai Republik yang khawatir pemerintahannya akan mengambil pendekatan yang terlalu lunak dengan China. Namun dalam beberapa pekan terakhir, para petinggi Partai Republik telah sepakat dengan pendekatan Presiden Biden yang merevitalisasi hubungan dengan sekutu AS untuk menghadapi China. Ini adalah perubahan dari strategi "America First" yang dijalankan oleh mantan Presiden Donald Trump.

Pakar Asia di Pusat Kajian Strategis dan Internasional, Bonnie Glaser mengatakan, pernyataan keras dari China dan AS dalam pertemuan di Alaska telah menciptakan risiko potensial yang akan berubah menjadi pertukaran tuduhan dan tuntutan. Glaser menilai pertemuan di Alaska tidak akan memberikan hasil yang signifikan untuk menurunkan tensi kedua negara. "Tidak ada pihak yang diuntungkan dari pertemuan yang gagal total ini," ujar Glaser.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement