Selasa 23 Mar 2021 13:50 WIB

PBB Prihatin Peningkatan Kekerasan Terhadap Orang Asia

Pernyataan Trump yang berbau rasis dianggap turut berpengaruh terhadap kekerasan.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Foto Oktober 2015 ini disediakan oleh John Michels, kiri, menunjukkan saudaranya Paul Andre Michels, kanan, berpose dengan saudara perempuannya Sarah Michels dan dirinya sendiri, di Allen Park, Michigan. Paul Michels termasuk di antara delapan orang yang tewas pada 16 Maret 2021, dalam penembakan di tiga panti pijat Georgia di daerah Atlanta.
Foto:

Presiden Biden dan Wakil Presiden Kamala Harris membatalkan rencana untuk mengunjungi Atlanta pada Jumat (19/3). Sebagai gantinya, Biden menjadwalkan pertemuan dengan para pemimpin Asia-Amerika untuk membahas ancaman terhadap komunitas mereka.

"Penembakan itu tampaknya berada dipersimpangan kekerasan berbasis gender, misogini dan xenofobia," kata Anggota parlemen negara bagian Georgia Bee Nguyen, seorang warga Amerika keturunan Vietnam, kepada surat kabar Atlanta Journal-Constitution.

Partai Demokrat tidak heran bahwa kekerasan di AS meningkat, karena penggunaan bahasa oleh mantan Presiden Donald Trump telah mengutarakan pernyataan yang membenci China. Termasuk menyebut virus Corona sebagai "virus China", "wabah China", dan "Kung flu".

“Ketika politisi menggunakan istilah seperti 'virus China' atau 'Kung flu' untuk merujuk pada Covid-19, efeknya disengaja atau tidak adalah menempatkan target orang Amerika keturunan Asia," kata anggota parlemen AS Steve Cohen.

Stop AAPI Hate, sebuah kelompok yang dibentuk untuk memerangi peningkatan serangan selama pandemi telah mendokumentasikan lebih dari 2.800 akun kebencian anti-Asia pada 2020. Sebuah laporan oleh Center for the Study of Hate and Extremism bulan ini menunjukkan, kejahatan rasial terhadap orang Asia-Amerika di 16 kota besar AS naik 150 persen dari 2019 hingga 2020.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement