Sabtu 27 Mar 2021 00:04 WIB

Israel Didesak untuk Bagikan Vaksin Covid-19 ke Palestina

Gelombang ketiga Covid-19 membuat infrastruktur kesehatan Palestina tertekan

Rep: Puti Almas/ Red: Nur Aini
 Seorang pria Palestina yang membawa barang belanjaan untuk keluarganya tampak menyeberang penghalang beton yang digunakan untuk mengisolasi jalan yang menuju antara Gaza dan Jalur Gaza utara di tengah pandemi Covid-19 yang sedang berlangsung di Kota Gaza, Jalur Gaza, Sabtu, (29/8).
Foto: EPA
Seorang pria Palestina yang membawa barang belanjaan untuk keluarganya tampak menyeberang penghalang beton yang digunakan untuk mengisolasi jalan yang menuju antara Gaza dan Jalur Gaza utara di tengah pandemi Covid-19 yang sedang berlangsung di Kota Gaza, Jalur Gaza, Sabtu, (29/8).

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Badan amal medis internasional, Médecins Sans Frontières (MSF), yang juga dikenal sebagai Doctors Without Borders mengeluarkan permohonan mendesak kepada pihak berwenang di Israel dan Palestina untuk meningkatkan upaya untuk mengekang penyebaran infeksi virus corona jenis baru (Covid-19). Salah satu langkah utama yang perlu dilakukan secara mendesak adalah melalui vaksinasi.

Gelombang ketiga wabah Covid-19 dilaporkan terus membanjiri infrastruktur perawatan kesehatan Palestina yang sudah tertekan oleh pendudukan Israel dan blokade ekonomi selama beberapa dekade. Lonjakan kasus dan fakta bahwa hanya sekitar dua persen warga Palestina yang telah divaksinasi membuat MSF memperingatkan agar Israel maupun Palestina segera berupaya melakukan upaya pengendalian penyeraban. 

Baca Juga

"Di Israel ketersediaan besar dosis vaksin sekarang memungkinkan pemerintah untuk mengejar kekebalan komunitas, tanpa niat apa pun untuk secara signifikan berkontribusi pada peningkatan tingkat vaksinasi di wilayah Palestina,” ujar  Ely Sok, kepala misi MSF di wilayah Palestina, dilansir Common Dreams, Kamis (25/3).

Menurut dokter di bidang perawatan intensif MSF, Juan Pablo Nahuel Sanchez, jumlah kasus Covid-19 di Palestina saat ini berada di tingkat tertinggi sejak awal pandemi pada tahun lalu. Persentase orang muda yang terkena penyakit juga meningkat, bahkan satu dari tiga pasien yang saat ini dirawat berusia antara 25 dan 64 tahun.

Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, sekitar tiga perempat kasus Covid-19 di wilayah itu berasal dari varian B117, yang pertama kali diidentifikasi di Inggris dan diyakini lebih menular dan lebih mematikan daripada jenis virus asli. MSF dan pendukung perawatan kesehatan lainnya juga menyatakan kekhawatiran serius tentang penundaan vaksinasi di Palestina.

"Kami sangat prihatin tentang penundaan dan lambatnya peluncuran vaksinasi. Di satu sisi, di Israel ketersediaan besar dosis vaksin sekarang memungkinkan pemerintah untuk mengejar kekebalan komunitas, tanpa ada niat untuk berkontribusi secara signifikan terhadap peningkatan tingkat vaksinasi di wilayah Palestina,” kata Sok. 

Di sisi lain, hal itu terbukti sulit untuk dilakukan, mendapatkan gambaran yang jelas tentang ketersediaan dan strategi pengiriman dosis vaksin yang sudah diterima dari otoritas kesehatan Palestina. Sok mengatakan pekerja medis dan kelompok berisiko tinggi saat ini masih jauh dari perlindungan terhadap Covid-19. 

Israel telah mendapat peringatan secara internasional karena diduga mempraktekkan apa yang oleh para kritikus katakan sebagai ‘apartheid vaksin’ di Palestina. Di Amerika Serikat (AS), politisi Partai Republik Jamaal Bowman telah memimpin seruan di Kongres agar otoritas Israel segera memvaksinasi warga Palestina yang hidup di wilayah pendudukan militer dan blokade ekonomi negara itu.

"Menurut Konvensi Jenewa Keempat, yang mewajibkan kekuasaan pendudukan untuk memberikan adopsi dan penerapan tindakan profilaksis dan pencegahan yang diperlukan untuk memerangi penyebaran penyakit dan epidemi menular. Israel memiliki tanggung jawab untuk memberikan vaksin kepada Palestina,” kata Bowman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement