Selasa 22 Jun 2021 12:17 WIB

Presiden Iran Ebrahim Raisi Tolak Bertemu Joe Biden

Presiden Iran mendesak AS kembali ke kesepakatan nuklir 2015 atau JCPOA.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Presiden terpilih Iran Ebrahim Raisi berbicara selama konferensi pers pertamanya setelah memenangkan pemilihan presiden, di Teheran, Iran, 21 Juni 2021. Raisi mengatakan bahwa pemerintahnya akan mengikuti negosiasi nuklir dengan kekuatan dunia, tetapi tidak untuk waktu yang lama. Dan, menambahkan bahwa AS harus mencabut sanksi dan kembali ke kesepakatan JCPOA.
Foto:

Nama Raisi lekat dengan eksekusi massal tahanan politik Iran pada 1988. Namanya muncul karena kala itu dia merupakan anggota terkemuka dari apa yang disebut "komite kematian". Komite bentukan Ruhollah, pemimpin tertinggi Iran pada era tersebut, berisi sekelompok pejabat peradilan dan intelijen Iran. Sementara, Khomeini bertugas mengawasi eksekusi massal ribuan tapol saat itu.  

 

Sebagian besar korban adalah aktivis sayap kiri dan anggota kelompok pemberontak Mojahedin-e-Khalq (MEK). Kelompok HAM memperkirakan sebanyak 5.000 orang dieksekusi kala itu. Sementara, MEK mengeklaim, jumlah korban mencapai 30 ribu jiwa.

 

Iran tidak sepenuhnya mengakui eksekusi tersebut. Raisi sendiri tak pernah secara terbuka membahas tuduhan terhadapnya. Pada 2019, Amerika Serikat (AS) menjatuhkan sanksi kepada Raisi atas pelanggaran HAM, termasuk keterlibatannya dalam eksekusi tapol pada dekade 80-an. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement