Jumat 09 Jul 2021 07:23 WIB

Warga AS Terlibat Pembunuhan Presiden Haiti

Polisi memburu dalang pembunuhan Presiden Haiti.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
Ambulans yang membawa jenazah Presiden Haiti Jovenel Moise melewati mural yang menampilkan dirinya di dekat kediaman pemimpin di mana dia dibunuh oleh orang-orang bersenjata di pagi hari di Port-au-Prince, Haiti, Rabu, 7 Juli 2021.
Foto: AP/Joseph Odelyn
Ambulans yang membawa jenazah Presiden Haiti Jovenel Moise melewati mural yang menampilkan dirinya di dekat kediaman pemimpin di mana dia dibunuh oleh orang-orang bersenjata di pagi hari di Port-au-Prince, Haiti, Rabu, 7 Juli 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, PORT-AU-PRINCE -- Polisi Haiti membunuh empat tersangka pembunuhan Presiden Jovenel Moise dan menangkap enam orang lagi termasuk dua warga Amerika-Haiti, Kamis (8/7). Pihak berwenang pun mencari dalang di balik pembunuhan yang mengejutkan itu.

Kepala Kepolisian Haiti Leon Charles mengatakan, pihak berwenang telah melacak tersangka pembunuh ke sebuah rumah di dekat tempat kejadian kejahatan di Petionville, pinggiran utara bukit di ibu kota Port-au-Prince. Baku tembak sengit berlangsung hingga larut malam pada Rabu (7/7).

Baca Juga

Pencarian ini pun menghasilkan enam tersangka ditahan. Sementara empat jasad diambil pihak berwenang. Petugas patroli ketat di daerah itu sejak Kamis pagi. "Kami memiliki tersangka fisik, sekarang kami mencari tersangka intelektual," kata Charles.

Menteri Pemilihan dan Hubungan antar Partai Haiti, Mathias Pierre mengungkapkan, sebanyak dua warga Amerika-Haiti termasuk di antara mereka yang ditahan. Dia mengidentifikasi salah satu dari mereka sebagai James Solages, warga negara AS keturunan Haiti, tetapi tidak menyebutkan yang lain.

Moise ditembak mati pada Rabu pagi di rumahnya oleh pasukan pembunuh terlatih yang tampaknya dari pihak asing. Peristiwa ini membuat negara termiskin di Amerika itu lebih dalam ke dalam kekacauan di tengah perpecahan politik, kelaparan, dan kekerasan geng yang meluas.

Kerumunan penduduk setempat berkumpul pada Kamis pagi untuk menyaksikan operasi polisi berlangsung, dengan beberapa membakar mobil tersangka dan rumah tempat mereka bersembunyi. Peluru bertebaran di jalan.

"Bakar mereka!" teriak beberapa dari ratusan orang yang berkumpul di luar kantor polisi tempat para tersangka ditahan.

Charles mengatakan, penduduk setempat telah membantu polisi melacak para tersangka tetapi dia memohon kepada penduduk di kota tepi laut untuk main hakim sendiri.

Keadaan darurat 15 hari diumumkan setelah pembunuhan untuk membantu pihak berwenang menangkap para pelaku. Namun, Perdana Menteri sementara Claude Joseph mengatakan sehari kemudian sudah waktunya bagi ekonomi untuk dibuka kembali dan mengatakan telah memberikan instruksi kepada bandara untuk memulai kembali operasi.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement