Ahad 11 Jul 2021 12:47 WIB

Presiden Haiti Alami Penyiksaan Sebelum Dibunuh

Presiden Haiti Jovenel Moise mengalami patah tulang di lengan dan kaki kanannya.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Polisi berdiri di dekat mural yang menampilkan Presiden Haiti Jovenel  Moise,di dekat kediaman pemimpin tempat dia dibunuh oleh orang-orang bersenjata pada dini hari di Port-au-Prince, Haiti, Rabu, 7 Juli 2021.
Foto:

Perdana Menteri sementara Haiti, Joseph Claude, mengatakan, para pembunuh berbicara bahasa Inggris dan Spanyol. Padahal, mayoritas penduduk di Haiti berbicara bahasa Prancis dan Kreol Haiti.

“Saya menyerukan ketenangan.  Semuanya terkendali. Tindakan barbar ini tidak akan dibiarkan begitu saja," kata Joseph.

Pemerintah Haiti telah mengumumkan keadaan darurat selama dua minggu untuk memburu para pembunuh. Dalam wawancara dengan kantor berita The Associated Press, Joseph menyerukan penyelidikan internasional atas pembunuhan tersebut. Dia mengatakan, kasus pembunuhan Moise tidak menjadi penghalang untuk menggelar pemilihan umum pada akhir tahun ini.

“Kami membutuhkan setiap orang untuk memajukan negara ini. Dia (Moise) adalah seorang pria pemberani yang telah menentang beberapa oligarki di negara ini. Kami percaya hal-hal itu bukan tanpa konsekuensi," kata Joseph.

Haiti telah berjuang untuk mencapai stabilitas sejak jatuhnya kediktatoran dinasti Duvalier pada tahun 1986, dan telah bergulat dengan serangkaian kudeta dan intervensi asing. Sejak menjabat, Moise telah menghadapi seruan untuk mengundurkan diri dan aksi protes.

Moise menghadapi tuduhan korupsi dan pengelolaan ekonominya yang buruk. Cengkraman Moise pada kekuasaan dinilai semakin meningkat.

Akhir-akhir ini, Moise memimpin dalam keadaan paling buruk. Terjadi kekerasan geng yang diduga terkait dengan politik. Selain itu, para pemimpin bisnis menggunakan kelompok bersenjata untuk tujuan mereka sendiri. 

sumber : AP/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement