Sabtu 17 Jul 2021 12:45 WIB

Research Square Hapus Publikasi Studi Ivermectin

Publikasi terhadap studi besar mengenai ivermectin dihapus dari Research Square.

Rep: rizky suryarandika/ Red: Reiny Dwinanda
Obat ivermectin. Publikasi studi besar tentang ivermectin telah dicabut dari platform pracetak Research Square, Kamis.
Foto:

Lawrence mengungkapkan, penulis studi mengklaim mereka melakukan penelitian antara 8 Juni hingga 20 September 2020. Padahal, menurut data mentah, sebagian besar pasien yang meninggal dirawat di rumah sakit dan mengembuskan napas terakhir sebelum 8 Juni. 
 
"Data juga diformat dengan sangat buruk, termasuk menyertakan satu pasien yang meninggalkan rumah sakit pada 31 Juni 2020, tanggal yang tidak ada (karena bulan Juni cuma sampai tanggal 30, red.)," ucap Lawrence.
 
Lawrence juga mengungkap hal lain yang menjadi perhatiannya. Salah satunya, dalam makalah mereka, penulis studi mengklaim bahwa empat dari 100 pasien meninggal dalam kelompok perawatan standar untuk Covid-19 gejala ringan dan sedang.
 
"Menurut data asli, jumlahnya 0, sama dengan kelompok perlakuan ivermectin," kata Lawrence.
 
Lantas, dalam kelompok pengobatan ivermectin mereka untuk Covid-19 yang parah, penulis mengklaim dua pasien meninggal. Sementara itu, jumlah dalam data mentah mereka adalah empat.

Lawrence dan Guardian telah mengirimkan daftar pertanyaan lengkap tentang data kepada Elgazzar, tetapi tidak menerima jawaban. Kantor pers universitasnya juga tidak menanggapi.

Lawrence kemudian mengontak ahli epidemiologi penyakit kronis dari University of Wollongong di Australia, Gideon Meyerowitz-Katz, untuk membantu menganalisis data dan hasil studi secara lebih teliti. Ia juga melibatkan seorang analis data yang berafiliasi dengan Linnaeus University di Swedia untuk meninjau kesalahan pada makalah ilmiah tersebut.

Menurut Brown, kesalahan utamanya ada pada setidaknya 79 catatan pasien yang merupakan hasil kloning dari catatan lain. Ia menilai, ini tentu temuan yang paling sulit untuk dijelaskan sebagai kesalahan yang tidak disengaja, terutama karena klonnya bahkan bukan salinan murni.

"Ada tanda-tanda bahwa mereka telah mencoba mengubah satu atau dua bidang agar terlihat lebih wajar," kata Brown.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement