Sabtu 17 Jul 2021 16:00 WIB

Tim Penyelamat Kerja Keras Tangani Banjir Bandang di Jerman

Hingga saat ini jumlah korban meninggal akibat banjir bandang lebih dari 125 jiwa

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
 Sejumlah bangunan di Altenahr, Jerman, rusak akibat badai hebat disertai hujan lebat, Kamis, 15 Juli 2021. Beberapa orang tewas dan puluhan hilang pada Kamis karena banjir hebat di Jerman dan Belgia mengubah aliran sungai dan jalan menjadi arus deras yang menghanyutkan mobil dan menyebabkan rumah runtuh.
Foto: AP/Thomas Frey/DPA
Sejumlah bangunan di Altenahr, Jerman, rusak akibat badai hebat disertai hujan lebat, Kamis, 15 Juli 2021. Beberapa orang tewas dan puluhan hilang pada Kamis karena banjir hebat di Jerman dan Belgia mengubah aliran sungai dan jalan menjadi arus deras yang menghanyutkan mobil dan menyebabkan rumah runtuh.

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN (AP) — Petugas penyelamat di seluruh Jerman dan Belgia berupaya untuk mencegah lebih banyak korban jiwa dari bencana banjir terburuk. Hingga saat ini jumlah korban meninggal mencapai lebih dari 125 jiwa. Tim penyelamat terus melakukan pencarian terhadap ratusan orang yang hilang tersapu banjir.

Hujan lebat selama berhari-hari menyebabkan banjir terburuk dalam sejarah. Ribuan orang Jerman kehilangan tempat tinggal dan pejabat setempat mulai khawatir tentang dampak ekonomi dari bencana tersebut.

Baca Juga

Sebanyak 63 tiga orang tewas di negara bagian Rhineland-Palatinate, Jerman, termasuk 12 warga dari fasilitas tempat tinggal yang dibantu untuk orang cacat di kota Sinzig. Air yang meluap secara mendadak dari Sungai Ahr telah merendam wilayah tersebut.

Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier berjanji akan memberikan dukungan kepada keluarga korban dan kota-kota yang menghadapi kerusakan signifikan akibat banjir. “Pada saat dibutuhkan, negara kita berdiri bersama. Penting bagi kita untuk menunjukkan solidaritas bagi mereka yang darinya banjir telah merenggut segalanya," kata Steinmeier.

Pada Jumat (16/7) malam, air surut di sebagian besar wilayah yang terkena dampak. Upaya penyelamatan terjadi di kota Erftstadt, Jerman. Sejumlah orang terjebak ketika tanah longsor dan rumah mereka runtuh.

Selain Jerman, bencana banjir juga membuat Belgia terpukul. Belgia mengonfirmasi 20 kematian dan 20 lainnya masih hilang. Menteri Dalam Negeri Belgia Annelies Verlinden mengatakan kepada jaringan VRT beberapa tanggul di Sungai Meuse yang mengalir dari Belgia ke Belanda berisiko runtuh. Pihak berwenang di kota Venlo, Belanda selatan mengevakuasi 200 pasien rumah sakit karena ancaman tersebut.

Gubernur Rhine-Westphalia Utara, Armin Laschet, menuturkan bencana banjir itu telah menyebabkan kerusakan ekonomi yang sangat besar. Jumlah korban tewas di North Rhine-Westphalia mencapai 43 orang. “Banjir benar-benar telah membuat mereka kehilangan rumah, pertanian, atau bisnis,” kata Laschet.

Gubernur negara bagian Rhineland-Palatinate, Malu Dreyer, mengatakan bencana banjir menunjukkan perlunya mempercepat upaya untuk mengekang pemanasan global. Dia menuduh blok Uni kanan-tengah Laschet dan Kanselir Jerman Angela Merkel menghalangi upaya untuk mencapai pengurangan gas rumah kaca yang lebih besar di Jerman.

“Perubahan iklim tidak abstrak lagi. Kami mengalaminya dari dekat dan menyakitkan,” kata Dreyer kepada grup media Funke.

Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) mengatakan beberapa negara di Eropa Barat telah menerima curah hujan hingga dua bulan dalam waktu dua hari. Juru bicara WMO Clare Nullis menyebut terlalu dini untuk menyatakan kenaikan suhu global menjadi penyebab banjir dan gelombang panas. Namun menurutnya perubahan iklim telah meningkatkan frekuensi kejadian ekstrem.

"Dan banyak peristiwa tunggal telah terbukti diperburuk oleh pemanasan global," kata Nullis.

Juru bicara Kementerian Pertahanan, Arne Collatz, menjelaskan militer Jerman mengerahkan lebih dari 850 tentara untuk membantu upaya penyelamatan banjir. Dia mengatakan kementerian telah membunyikan "alarm bencana militer".

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement