Sabtu 17 Jul 2021 19:50 WIB

Brunei Unggul Hadapi Pandemi, Sultan Pimpin Langsung Misi

Brunei disebut sebagai negara yang unggul hadapi pandemi Covid-19

Rep: Puti Almas/ Red: Nashih Nashrullah
Brunei disebut sebagai negara yang unggul hadapi pandemi Covid-19. Masjid Sultan Omar Ali Saifuddin di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam.
Foto:

Pejabat di Kementerian Kesehatan Brunei mengeluarkan panduan tentang bagaimana warga Brunei dapat melindungi diri mereka dari Covid-19, memperingatkan bagi orang-orang dengan gejala seperti batuk, sakit tenggorokan, dan sesak napas  untuk mengisolasi diri.

Informasi lengkap, termasuk panduan kesehatan di negara itu diberikan melalui situs web yang didedikasikan untuk memberi tahu orang-orang Brunei tentang pandemi, menampilkan bagian yang dimaksudkan untuk menghilangkan kesalahpahaman tentang virus corona jenis baru yang berkembang di media sosial.

Tak hanya itu, Kementerian Urusan Agama Brunei juga mengambil peran dalam melindungi masyarakat selama pandemi. Bersama dengan Kementerian Kesehatan, kedua instansi bekerjasama untuk menutup masjid di seluruh negeri dan membersihkan beberapa di antaranya. 

Pada tingkat yang lebih luas, Kementerian Kesehatan Brunei memberlakukan pembatasan pertemuan massal seperti pernikahan. Langkah-langkah pencegahan yang dilakukan tampaknya telah memperlambat penyebaran wabah di sana. 

Pada 16 Juni 2020, Brunei mencata hanya 141 kasus Covid-19 dan tiga kematian dalam populasi sekitar 437 ribu. Namun, terlepas dari keberhasilan sementara ini, strategi-strategi tersebut tentu memiliki konsekuensi yang besar.

Pada 2015, pariwisata dan industri terkait menyumbang 7,4 persen dari produk domestik bruto Brunei. Pada saat itu, para analis memperkirakan jumlah tersebut akan meningkat hingga 10 persen 2026. Tetapi, untuk mencapai titik itu di tengah aturan pembatasan yang ditetapkan oleh pemerintah, tentu target ini sulit dicapai.

Langkah awal Brunei mungkin telah memberikan dampak paling besar pada pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. China menyumbang hingga 65 ribu wisatawan ke negara itu pada 2018, lebih banyak dari negara lain mana pun. 

Pada hari-hari awal pandemi, para pejabat China mengkritik negara-negara yang memberlakukan larangan perjalanan, menunjukkan bahwa diplomat China akan mengingat Brunei. Namun, pejabat Brunei telah membuat beberapa konsesi. 

Pada 17 Maret 2020, Brunei membuka Jembatan Temburong, sebuah proyek yang didanai China dengan harapan membawa kesultanan ke dalam lingkup pengaruh Beijing. 

Mengingat bahwa akumulasi pejalan kaki yang cepat merusak pesan pejabat Brunei tentang jarak sosial, langkah tersebut tampaknya dirancang untuk menunjukkan hubungan Brunei-Ciina dengan mengorbankan upaya Brunei untuk memerangi Covid-19. 

Di luar risiko yang ditimbulkan oleh tanggapan Brunei terhadap virus corona terhadap hubungannya dengan China, pertanyaan tentang efektivitas aturan pembatasan berupa karantina wilayah (lockdown) secara keseluruhan tetap ada. 

Beberapa negara yang mengambil pendekatan lebih santai untuk menegakkan pembatasan jarak sosial, seperti Jepang dan Swedia, belum melihat lonjakan kasus.  Peru, di sisi lain, telah meniru strategi proaktif Brunei namun justru gagal dan menjadi salah satu negara yang terdampak parah dengan Covid-19. 

Untuk saat ini, jumlah kasus Covid-19 di Brunei tetap rendah dan kekayaan substansial kerajaan negara itu akan memungkinkan masyarakat untuk mengatasi krisis keuangan. 

Sebelumnya Brunei sempat menjadi  negara yang disorot karena menentang LGBTQ. Namun, kini mendapatkan penghargaan yang jauh lebih terhormat kali ini: memenangkan perang melawan virus corona jenis baru.

Menurut data  Worldometers, hingga Sabtu (17/7), Brunei mencatat total 283 kasus Covid-19 sejak wabah memasuki negara itu. Sementara, jumlah kematian adalah tiga dan pasien yang dinyatakan sembuh mencapai 260 orang. Kasus-kasus baru di negara itu saat ini merupakan kasus impor.

 

 

Sumber: thediplomat

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement