REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN - Banjir menyapu sejumlah wilayah di Jerman dan Belgia. Hingga Sabtu (176/7) korban meninggal dunia akibat banjir bertambah menjadi 157 jiwa dan ratusan orang masih belum diketahui nasib mereka.
"Kami berduka dengan mereka yang kehilangan teman, kenalan, anggota keluarga," kata Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier saat berkunjung ke Erftstadt di negara bagian Rhine-Westphalia Utara, tempat bencana yang menewaskan sedikitnya 43 orang.
"Nasib mereka mencabik-cabik hati kita," ujarnya menambahkan. Catatan polisi menyebut sekitar 133 orang meninggal dalam banjir di Jerman barat. Angka itu termasuk sekitar 90 orang meninggal di distrik Ahrweiler di selatan Cologne.
Pihak berwenang mencatat sekitar 700 warga dievakuasi pada Jumat (16/7) malam waktu setempat. Langkah evakuasi dilakukan setelah sebuah bendungan jebol di kota Wassenberg dekat Cologne.
"Ketinggian air telah stabil sejak tadi malam, bisa dikatakan situasinya stabil," kata Wali Kota Wassenberg Marcel Maurer. "Terlalu dini untuk memberikan semuanya, tetapi kami optimistis dengan hati-hati," ujarnya melanjutkan.
Bendungan Steinbachtal di Jerman barat juga berisiko jebol. Presiden Steinmeier menyebut banjir ini tragedi. Menurutnya, akan memakan waktu beberapa pekan sebelum kerusakan penuh, yang diperkirakan membutuhkan beberapa miliar euro dalam dana rekonstruksi.
Di Belgia, jumlah korban tewas naik menjadi 24. Wilayah tersebut juga mengoordinasikan upaya penyelamatan.
"Kita harus berasumsi bahwa angka ini akan terus meningkat dalam beberapa jam dan hari mendatang," kata pusat krisis Belgia dalam sebuah pernyataan. Sekitar 20 orang masih hilang di sana.
Steinmeier menyerukan upaya lebih keras untuk mengatasi pemanasan global. "Hanya jika kita sungguh-sungguh memerangi pemanasan global maka kita bisa membatasi kondisi cuaca yang ekstrem seperti yang kita alami saat ini," katanya.
Menurut para ahli, bencana semacam ini bisa kerap terjadi akibat perubahan iklim. Gubernur Negara Bagian Rhineland-Palatinate, Malu Dreyer, mengatakan bencana ini menjadi sinyal agar dunia mempercepat upaya menangani pemanasan global.
"Perubahan iklim tidak lagi hal abstrak. Kita mengalaminya begitu dekat dengan kita dan menyakitkan," kata Dreyer kepada Gunke.
Para ilmuwan telah lama mengatakan bahwa perubahan iklim akan menyebabkan hujan lebat. Namun menentukan perannya dalam hujan tanpa henti ini akan memakan waktu setidaknya beberapa pekan untuk penelitian.