Mona Shtaya, manajer advokasi lokal di 7amleh yang berbasis di Haifa, Pusat Arab untuk Kemajuan Media Sosial, mengatakan, otoritas Israel dan perusahaan media sosial berusaha untuk membungkam warga Palestina secara daring. Termasuk juga dalam berbagi cerita mengenai pelanggaran Israel.
Untuk mengakali situasi, warga Palestina menemukan cara kreatif seperti menghilangkan tanda baca, mengubah huruf dalam kata-kata, atau mencampur pernyataan politik dengan foto pribadi. Ini ditujukan untuk mengatasi dan bermain dengan algoritme untuk mencegah postingan dihapus, disensor, maupun ditandai.
Saat menulis syahid, misalnya, pengguna dalam bahasa Arab memasukkan ‘h”;sebagai pengganti huruf Arab yang sesuai untuk mencoba menghindari kecerdasan buatan yang mencari unggahan dengan kata tersebut. Dalam tren lain, pengguna dalam bahasa Inggris menggunakan ejaan Palestina sebagai ‘P@lestine’.