Senin 09 Aug 2021 21:09 WIB

Anak-Anak Yaman Terpaksa Bekerja demi Bertahan Hidup

Dua juta anak Yaman putus sekolah.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Ani Nursalikah
Anak-Anak Yaman Terpaksa Bekerja demi Bertahan Hidup. Sejumlah Anak-anak Yaman menunggu giliran mengisi jerigen dengan selang dari sumur pompa bertenaga diesel di kota Abs, provinsi Hajjah, Yaman, Selasa (8/9). Banyak anak laki-laki Yaman meninggalkan rumah mereka dengan membawa keledai dan tabung air plastik untuk mengambil air dari sumur Abs, beberapa jam dari desa mereka. Bepergian jauh untuk mengambil air untuk keluarga setiap hari membuat anak laki-laki tersebut tidak bersekolah. Ribuan keluarga Yaman di daerah itu kebanyakan bergantung pada anak-anak mereka untuk mengambil air untuk minum, memasak dan mencuci. Menurut UNICEF, hampir 18 juta orang dari 29 juta penduduk Yaman, termasuk 9,2 juta anak-anak, tidak memiliki akses reguler ke air bersih.  EPA-EFE / YAHYA ARHAB  
Foto:

Dengan ayahnya yang tidak sehat dan tidak dapat bekerja, Jamales dan saudaranya pindah ke Sanaa. Jamales menghasilkan 3.000-4.000 riyal sehari, tetapi lebih dari setengahnya digunakan untuk makanan dan akomodasi. Hanya sedikit yang tersisa untuk dikirim pulang.

"Dulu, saya belajar dan duduk, Alhamdulillah semuanya baik-baik saja: makanan dan minuman datang dengan mudah. Tapi sekarang sulit. Satu karung tepung harganya 18 ribu-19 ribu riyal. Sebelumnya 5.000-8.000 riyal," kata Jamales.

Inflasi harga dalam ekonomi yang dilanda perang adalah pendorong utama krisis kelaparan Yaman yang terus-menerus. Menurut data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), biaya sekeranjang makanan minimum di Yaman telah meningkat lebih dari 20 persen tahun ini.

Sebelum konflik terakhir meletus pada akhir 2014, Yaman bekerja sama dengan PBB untuk mengurangi pekerja anak. Usia minimum untuk bekerja adalah 14 tahun dan 18 tahun untuk pekerjaan berbahaya.

Tapi organisasi anak-anak UNICEF mengatakan perang telah meningkatkan lebih dari dua kali lipat jumlah anak putus sekolah menjadi dua juta. Dengan anggaran keluarga pada titik puncaknya, anak perempuan dinikahkan pada usia dini, anak laki-laki direkrut sebagai tentara, dan anak-anak dikirim untuk bekerja. PBB menyatakan lebih dari 3.600 anak direkrut ke dalam konflik bersenjata dalam enam tahun terakhir.

 

https://www.reuters.com/world/middle-east/yemens-children-toil-dangerous-work-not-school-2021-08-09/

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement