Menteri Perdagangan Sri Lanka Bandula Gunawardena mengatakan beberapa pedagang menimbun stok. Kondisi itu mengakibatkan kelangkaan bahan pangan dan meresahkan masyarakat. Padahal, sebelumnya pemerintah telah meningkatkan hukuman untuk penimbunan makanan.
Departemen Sensus dan Statistik Sri Lanka mengatakan, kenaikan nilai tukar mata uang asing adalah salah satu alasan di balik kenaikan harga banyak barang penting selama 12 bulan terakhir. Inflasi per bulan pada Agustus naik menjadi 6 persen dari 5,7 persen pada Juli, terutama karena harga pangan yang tinggi.
Sedangkan, ekonomi menyusut dengan rekor 3,6 persen pada 2020 karena pandemi dan pada Maret tahun lalu. Pemerintah melarang impor kendaraan dan barang-barang lainnya, termasuk minyak nabati dan kunyit, bumbu penting dalam masakan lokal, dalam upaya untuk menghemat devisa.