Jumat 03 Sep 2021 20:10 WIB

Jusuf Kalla Yakin Taliban Telah Berubah

Menurut Jusuf Kalla apabila Taliban tidak berubah maka perekonomiannya akan hancur

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
 Seorang tentara Taliban menghadiri rapat umum untuk merayakan penarikan pasukan AS di Kandahar, Afghanistan, 1 September 2021. Taliban menyerukan dukungan dari masyarakat internasional untuk menghidupkan kembali ekonomi yang hancur akibat konflik dua dekade dan sangat bergantung pada bantuan asing.
Foto:

Menurutnya jika kembali terjadi seperti itu maka perekonomian Afghanistan tidak akan berjalan. Pemerintah pun tidak bisa berjalan dan kembali lagi menjadi otoriter. Mantan wapres Susilo Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo itu menjelaskan saat ini Taliban menghadapi tiga permasalahan.

 

"Pertama masalah ekonomi. Afghanistan kaya tapi tidak ada yang mengelolanya. Indonesia beberapa waktu lalu mengundang seratus insinyur yang muda-muda untuk dilatih pertambangan di (Institut) Teknologi Bandung dan beberapa tempat," katanya.

 

JK menambahkan Indonesia juga pernah mengundang orang-orang Afghanistan untuk melihat pesantren. Beberapa kali Indonesia mengundang Kabul untuk melihat Islam moderat Indonesia.

 

"Melihat di masjid bagaimana, di pesantren-pesantren bagaimana, di sekolah-sekolah Islam bagaimana, termasuk mullah-mullah mereka untuk melihat itu. Jadi kita ingin perlihatkan contoh yang baik Islam moderat, mudah-mudahan mereka berubah," terang Jusuf Kalla.

 

Menurutnya apabila Taliban tidak berubah maka perekonomiannya akan hancur. Akan timbul kelompok-kelompok anti-Taliban yang mengarahkan pada konflik. "Maka berlanjut terus konflik ini selama 60 tahun tapi menurut penilaian saya pasti mereka berubah. Jadi pemerintahan yang eksklusif menjadi inklusif," tambahnya.

 

Jusuf Kalla menyebut negara yang dapat membantu Taliban saat ini China mungkin Qatar. Jika Cina yang membantu seperti membangunkan infrastruktur tentu Beijing akan meminta konsesi yang banyak. "Jadi bisa terjadi penguasaan politik dan penguasaan ekonomi oleh China," imbuhnya.

 

Tentu, lanjutnya, negara-negara Barat akan menentangnya. Negara-negara Barat akan kembali membantu Afghanistan agar tidak jatuh ke tangan China walaupun rakyat Afghanistan selalu melawan negara-negara besar yang ingin mengusai negaranya.

 

Jusuf Kalla mengatakan akhir dari konflik Afghanistan adalah perdamaian. Afghanistan sempat menggelar pemilu saat masih diduduki AS. Meski angka partisipasinya rendah yakni sekitar 30 persen atau 3-4 juta orang dari 38 juta penduduk.  

 

Kini pertanyaan apakah Taliban dapat melanjutkan demokratisasi yang sempat dibangun AS. Tidak mudah mengharapkan Taliban menerapkan demokrasi seperti pemerintah sebelumnya.

 

AS datang ke Afghanistan untuk menangkap Osama bin Laden yang sudah tewas pada 2011. Akan tetapi AS masih bertahan di Afghanistan selama 10 tahun. Menurut Jusuf Kalla sebenarnya Washington mencari pintu keluar dari Afghanistan.

 

"Karena itu mengapa dengan mudah (Taliban) menguasai Kabul. Bukan karena Taliban itu hebat tapi karena pemerintah Afghanistan tidak ingin ada pertumpahan darah, tidak mau ada perang saudara. Akhirnya yang terjadi sebuah penyelesaian damai sebenarnya," katanya.

 

Namun, tambah Jusuf Kalla, semuanya kembali tergantung pada sikap Taliban. Apakah kelompok milisi tersebut bersedia menerapkan pemerintah yang terbuka atau tidak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement