Selasa 21 Sep 2021 06:58 WIB

Perasaan Marah Wanita Bekerja di Afghanistan ke Taliban

Taliban dinilai telah membatasi wanita untuk berperan aktif di pemerintahan.

Para wanita berbaris menuntut hak-hak mereka di bawah pemerintahan Taliban selama demonstrasi di dekat bekas gedung Kementerian Urusan Wanita di Kabul, Afghanistan, Minggu, 19 September 2021.
Foto:

Selama pemerintahan pertama Taliban 1996-2001, perempuan sebagian besar dikeluarkan dari kehidupan publik termasuk dilarang meninggalkan rumah mereka kecuali ditemani oleh kerabat laki-laki.

 

Pengusaha wanita Khaledi mengatakan tokonya di Kabul yang menjual pakaian gaya Barat segera ditutup setelah Taliban mengambil alih. "Mereka memberi tahu kami bahwa wanita tidak boleh bekerja sebagai penjaga toko atau menjalankan bisnis," kata pria berusia 34 tahun itu kepada AFP.

 

Perempuan telah berada di garis melakukan protes terisolasi. Namun Taliban membasmi perbedaan pendapat, membubarkan kerumunan dengan tembakan senjata dan mengeluarkan aturan baru untuk demonstrasi.

 

Di Herat, seorang pejabat pendidikan bersikeras bahwa masalah kembalinya guru perempuan dan perempuan ke sekolah menengah adalah masalah waktu, bukan kebijakan. "Tidak jelas kapan itu akan terjadi: besok, minggu depan, bulan depan, kami tidak tahu," kata Shahabudin Saqib kepada AFP.

 

"Ini bukan keputusan saya karena kami telah mengalami revolusi besar di Afghanistan."

 

Marwa yang berusia sepuluh tahun pada hari Senin menghadiri kelasnya di sekolah, tetapi saudara perempuannya, enam tahun lebih tua, terpaksa tinggal di rumah. "Saya ingin pemerintah baru membuka kembali sekolahnya. Ini permintaan saya kepada Taliban," katanya.

 

PBB mengatakan sangat khawatir untuk masa depan sekolah perempuan di Afghanistan. "Sangat penting bahwa semua anak perempuan, termasuk anak perempuan dewasa, dapat melanjutkan pendidikan mereka tanpa penundaan lebih lanjut," kata badan anak-anak PBB, UNICEF.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement