REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne mengatakan kembalinya duta besar (dubes) Prancis ke Canberra akan membantu memperbaiki hubungan kedua negara. Hubungan kedua negara ini sempat rusak karena Australia membatalkan proyek kapal selam senilai 40 miliar dolar AS.
Bulan lalu Negeri Kanguru membatalkan proyek dengan perusahaan Prancis, Naval Group, untuk membangun kapal selam konvensional. Australia memilih membangun delapan kapal selam nuklir tenaga nuklir dengan teknologi dari Amerika Serikat (AS) dan Inggris setelah Australia menandatangani kemitraan dengan dua negara tersebut.
Langkah ini membuat berang Prancis yang menuduh Australia dan AS menusuknya dari belakang. Paris pun menarik duta besarnya dari Washington dan Canberra.
Rabu (6/10) kemarin Prancis mengatakan Duta Besar Jean-Pierre Thebault akan kembali ke Canberra tapi mereka tidak mengungkapkan tanggalnya. "Kami akan bekerja sama dengan Prancis untuk memajukan hubungan kami, menyusul keputusan kapal selam kami. Kami mengakui hal itu butuh waktu dan berkelanjutkan. Kembalinya Duta Besar adalah langkah yang disambut baik dalam proses ini," kata Payne dalam pernyataannya, Kamis (7/10).
Sebagai bentuk solidaritas pada Prancis, pekan lalu Uni Eropa menangguhkan perjanjian perdagangan bebas dengan Australia. Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mempertanyakan apakah Australia dapat menyepakati perjanjian tersebut.
Menteri Perdagangan Australia Dan Tehan menolak berkomentar apakah kesepakatan kapal selam berperan dalam ditangguhkannya negosiasi perjanjian tersebut. Namun ia mengonfirmasi negosiasi putaran ke-12 yang dijadwalkan digelar pada 12 Oktober akan ditunda selama satu bulan.
"Saya akan bertemu dengan rekan saya Valdis Dombrovskis pekan depan untuk membahas negosiasi putaran ke-12 yang sekarang akan dilakukan bulan November bukan Oktober," kata Tehan dalam pernyataannya.