REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Militer China mengecam Amerika Serikat (AS) dan Kanada setelah kapal tempur dua negara itu berlayar melalui ke Selat Taiwan pekan lalu. Beijing mengatakan, pelayaran tersebut mengancam perdamaian dan stabilitas di kawasan.
China mengklaim Taiwan yang diperintah dengan demokratis sebagai bagian dari wilayahnya. Bulan lalu, Negeri Tirai Bambu mengerahkan misi angkatan udara ke zona pertahanan Taiwan.
Dari 1 Oktober selama empat hari berturut-turut, China mengirimkan sekitar 150 pesawat tempur ke zona pertahanan Taiwan. Langkah tersebut memanaskan hubungan Beijing-Taipei dan memicu kekhawatiran masyarakat internasional.
Militer AS mengatakan, kapal destroyer dengan peluru kendali kelas Arleigh Burke USS Dewey berlayar melalui celah perairan sempit yang memisahkan Taiwan dan China Darat. Pelayaran Kamis (14/10) dan Jumat (15/10) itu dilakukan bersama kapal fregat Kanada HMCS Winnipeg.
"Transit Dewey dan Winnipeg melalui Selat Taiwan menunjukan komitmen Amerika Serikat dan sekutu dan mitra kami pada Indo-Pasifik yang terbuka dan bebas," kata militer AS seperti dikutip the Guardian, Senin (18/10).
Angkatan Bersenjata China PLA Komando Teater Timur mengatakan pasukannya mengawasi kapal-kapal tersebut serta 'berjaga-jaga' selama kapal AS dan Kanada itu berlayar.
"Amerika Serikat dan Kanada berkolusi dalam memprovokasi dan memicu masalah, sangat membahayakan perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan, Taiwan adalah bagian dari wilayah Cina, pasukan teater selalu mempertahankan kewaspadaan tingkat tinggi dan dengan tegas melawan ancaman dan provokasi," kata PLA.
Setiap bulan kapal Angkatan Laut AS transit melalui selat tersebut untuk membuat marah Cina. Beijing menuduh Washington sengaja meningkatkan ketegangan di kawasan. Sekutu-sekutu AS juga kerap mengirim kapal melewati Selat Taiwan seperti yang dilakukan Inggris bulan lalu.
Meski ketegangan di seluruh Selat Taiwan meningkat tapi tidak ada tembakan yang dilepaskan. Pesawat China juga tidak masuk ke ruang udara Taiwan dan memusatkan aktivitas mereka di bagian selatan zona pertahanan pulau itu.
Zona pertahanan itu membuat Taiwan dapat waktu lebih banyak dalam menanggapi setiap ancaman. Ahad kemarin kementerian pertahanan Taiwan mengatakan tiga pesawat Cina yang terdiri dari dua J-16 dan satu pesawat anti-kapal selam kembali terbang di zona pertahanan mereka.
Baca juga : UU Nomor 5816 Siap Menjerat Siapa Pun yang Menghina Ataturk