Ahad 07 Nov 2021 19:29 WIB

Raja Maroko: Status Sahara Barat tidak untuk Diperdebatkan

Status Sahara Barat tidak akan pernah dinegosiasikan.

Rep: Rizki Jaramaya/ Red: Agung Sasongko
 Pengungsi wanita dari Sahara Barat mengibarkan bendera tidak resmi mereka selama parade militer yang menandai peringatan 45 tahun pembentukan Republik Demokratik Arab Sahrawi (SARD), Sabtu, 27 Februari 2021 di sebuah kamp pengungsi dekat Tindouf, Aljazair selatan. Perserikatan Bangsa-Bangsa mengupayakan penyelesaian konflik di Sahara Barat setelah penarikan Spanyol pada tahun 1976 dari wilayah tersebut, yang diklaim oleh Maroko dan SADR.
Foto:

Front Polisario yang didukung Aljazair telah berupaya mendapatkan kemerdekaan atas Sahara Barat. Polisario telah menuntut referendum penentuan nasib sendiri yang diawasi oleh PBB, sebagaimana diatur dalam kesepakatan gencatan senjata pada 1991.

Pada November 2020, Polisario menyatakan gencatan senjata, setelah pasukan Maroko membubarkan blokade jalan raya ke Mauritania. Ketegangan antara Maroko dan Aljazair semakin meningkat pada Agustus. Aljazair telah memutuskan hubungan diplomatik dengan Rabat, dengan alasan tindakan bermusuhan. Namun tuduhan itu dibantah oleh Maroko. 

Pada Desember tahun lalu, Maroko menormalkan hubungan diplomatik dengan Israel, sebagai bagian dari Kesepakatan Abraham yang didukung Amerika Serikat (AS). Sebagai imbalan atas normalisasi tersebut, pemerintahan mantam Presiden Donald Trump mengakui kedaulatan Maroko atas Sahara Barat.

Pada 29 Oktober, Dewan Keamanan PBB membuat resolusi yang menyerukan agar rakyat Sahara Barat dapat menentukan nasib sendiri. Resolusi juga menegaskan kembali perlunya penghormatan penuh terhadap gencatan senjata yang gagal tahun lalu.

Menteri Luar Negeri Maroko Nasser Bourita menyambut baik resolusi tersebut. Dia mengatakan bahwa, teks resolusi itu menentukan pihak-pihak yang sebenarnya dalam konflik. Namun Aljazair tidak akan mendukung resolusi tersebut.

 "Aljazair tidak akan mendukung resolusi yang bias ini," kata Kementerian Luar Negeri Aljazair. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement