Kamis 11 Nov 2021 17:56 WIB

Hotovely, Dubes yang Mimpi Kibar Bendera Israel di Al Aqsa

Kehadiran Hotovely saat diskusi di London School of Economicy tuai protes.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
Dubes Israel untuk Inggrsi Tjipi Hotovely.
Foto:

Hotovely pun percaya bahwa kelompok seperti Breaking the Silence atau B'Tselem adalah musuh negara. Pada April 2017, dia menyebut anggota kelompok itu orang-orang yang tidak etis dan penjahat perang. "Perang kita adil, dan dalam semua perang ini kita menghadapi satu musuh yang disebut Hamas dan musuh kedua yaitu organisasi-organisasi itu," kata Hotovely merujuk organisasi non-pemerintah Israel.

Bahkan Hotovely pernah menyerang komunitas Yahudi di Amerika Serikat (AS). Dalam sebuah wawancara dengan berita i24 pada 2017, Hotovely mengatakan bahwa keretakan yang berkembang antara Yahudi AS dan Israel adalah karena kehidupan yang nyaman komunitas Yahudi Amerika.

Komunitas Yahudi AS dinilai tidak tahu rasanya diserang oleh roket. "Orang-orang yang tidak pernah mengirim anak-anak mereka untuk berjuang untuk negara mereka, kebanyakan orang Yahudi tidak memiliki anak-anak yang bertugas sebagai tentara, pergi ke Marinir, pergi ke Afghanistan, atau ke Irak. Kebanyakan dari mereka memiliki kehidupan yang cukup nyaman. Mereka tidak merasakan bagaimana rasanya diserang oleh roket, dan saya pikir bagian dari itu adalah untuk benar-benar mengalami apa yang Israel hadapi setiap hari," katanya.

Dalam wawancara tersebut, Hotovely juga menyerang orang-orang Yahudi AS di atas Tembok Barat atau Tembok Ratapan. Dia mengatakan bahwa mereka tidak benar-benar mengunjungi tempat suci yang menjadi pusat perdebatan sengit antara Israel dan Yahudi dunia mengenai penciptaan ruang berdianon-Ortodoks.

"Alasannya kosong, kalau tanya saya, bukan karena mereka tidak suka penataan [saat ini]. Alasan kosongnya adalah karena kebanyakan orang-orang itu bahkan tidak tertarik [pergi] ke Kotel," katanya merujuk pada Tembok Ratapan.

 
Menuai protes
 
Hotovely menuai protes saat kehadirannya di gedung London School of Economics (LSE) pada Selasa (9/11) malam. Sempat beredar kabar, dubes Israel itu ditolak dan terpaksa dievakuasi.
 
Namun mahasiswa yang mengorganisir protes terhadap partisipasi Duta Besar Israel untuk Inggris Tzipi Hotovely di kampus mambantah kabar bahwa sang dubes keluar akibat ancaman. Menurut mahasiwa, dubes itu karena waktu keterlibatannya telah berakhir sehingga meninggalkan gedung London School of Economics (LSE) pada Selasa (9/11) malam.

Sebuah pernyataan yang dikeluarkan penyelenggara LSE untuk Palestina pada Rabu (10/11), mengatakan protes itu adalah demonstrasi solidaritas yang luar biasa dengan Palestina.

 
Hotovely mengaku tidak akan terintimidasi. "Saya akan terus berbagi cerita Israel dan mengadakan dialog terbuka dengan semua bagian masyarakat Inggris," tulisnya di Twitter.
 
Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss mengecam insiden itu. "Perlakuan terhadap Duta Besar Israel Tzipi Hotovely tadi malam dan upaya untuk membungkamnya tidak dapat diterima," ujarnya. "Kami di Inggris percaya pada kebebasan berbicara," tambahnya.

Menteri Dalam Negeri Inggris Priti Patel juga mengutuk insiden tersebut. "Jijik dengan perlakuan Duta Besar Israel di LSE tadi malam,” tulisnya di Twitter.

"Saya akan terus melakukan segala kemungkinan untuk menjaga komunitas Yahudi aman dari intimidasi, pelecehan & pelecehan. Polisi mendapat dukungan penuh saya dalam menyelidiki insiden mengerikan ini," ujarnya.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement