Bahkan Hotovely pernah menyerang komunitas Yahudi di Amerika Serikat (AS). Dalam sebuah wawancara dengan berita i24 pada 2017, Hotovely mengatakan bahwa keretakan yang berkembang antara Yahudi AS dan Israel adalah karena kehidupan yang nyaman komunitas Yahudi Amerika.
Komunitas Yahudi AS dinilai tidak tahu rasanya diserang oleh roket. "Orang-orang yang tidak pernah mengirim anak-anak mereka untuk berjuang untuk negara mereka, kebanyakan orang Yahudi tidak memiliki anak-anak yang bertugas sebagai tentara, pergi ke Marinir, pergi ke Afghanistan, atau ke Irak. Kebanyakan dari mereka memiliki kehidupan yang cukup nyaman. Mereka tidak merasakan bagaimana rasanya diserang oleh roket, dan saya pikir bagian dari itu adalah untuk benar-benar mengalami apa yang Israel hadapi setiap hari," katanya.
Dalam wawancara tersebut, Hotovely juga menyerang orang-orang Yahudi AS di atas Tembok Barat atau Tembok Ratapan. Dia mengatakan bahwa mereka tidak benar-benar mengunjungi tempat suci yang menjadi pusat perdebatan sengit antara Israel dan Yahudi dunia mengenai penciptaan ruang berdianon-Ortodoks.
"Alasannya kosong, kalau tanya saya, bukan karena mereka tidak suka penataan [saat ini]. Alasan kosongnya adalah karena kebanyakan orang-orang itu bahkan tidak tertarik [pergi] ke Kotel," katanya merujuk pada Tembok Ratapan.
Sebuah pernyataan yang dikeluarkan penyelenggara LSE untuk Palestina pada Rabu (10/11), mengatakan protes itu adalah demonstrasi solidaritas yang luar biasa dengan Palestina.
Menteri Dalam Negeri Inggris Priti Patel juga mengutuk insiden tersebut. "Jijik dengan perlakuan Duta Besar Israel di LSE tadi malam,” tulisnya di Twitter.
"Saya akan terus melakukan segala kemungkinan untuk menjaga komunitas Yahudi aman dari intimidasi, pelecehan & pelecehan. Polisi mendapat dukungan penuh saya dalam menyelidiki insiden mengerikan ini," ujarnya.