Dampak campak
Untuk mencegah wabah campak, WHO memperkirakan sekitar 95 persen populasi harus diimunisasi. Cakupan vaksinasi dengan menggunakan dua vaksin campak telah terhenti antara 70 persen hingga 85 persen secara global.
WHO dan CDC memperingatkan bahwa upaya global untuk menghentikan pandemi virus corona jenis baru (Covid-19) juga telah mempersulit kampanye vaksinasi campak, yang memungkinkan penyakit itu menyebar lebih jauh. Kedua badan tersebut mengatakan bahwa pada November ada lebih dari 94 juta orang di 26 negara berisiko tidak bisa mendapatkan vaksinasi campak, karena kampanye vaksinasi campak yang dihentikan.
Banyak dari negara-negara tersebut menderita epidemi yang sedang berlangsung. Dari negara-negara dengan layanan imunisasi yang tertunda tahun ini, hanya delapan yang telah memulai kembali, yaitu di antaranya adalah Brasil, Republik Afrika Tengah, Kongo, Ethiopia, Nepal, Nigeria, Filipina, dan Somalia.
Campak kebanyakan menyerang anak balita dan bisa berakibat fatal pada mereka yang kekurangan gizi atau memiliki sistem kekebalan yang lemah. Lebih dari 95 persen kematian akibat campak terjadi di negara berkembang.
Bahkan, di seluruh wilayah Eropa, campak tercatat menyebabkan wabah besar setiap tahunnya. Campak merupakan salah satu penyakit yang diketahui paling menular, lebih dari Covid-19, Ebola, TBC, atau flu.
Campak bisa menjadi berbahaya bagi anak bayi dan anak kecil. Salah satu kemungkinan yang bisa ditimbulkan campak adalah komplikasi pneumonia.
Campak menyebar melalui batuk dan bersin dan dapat hidup di udara setelah orang yang terinfeksi batuk atau bersin hingga dua jam. CDC menyatakan, ketika seseorang tanpa kekebalan menghirup udara yang terkontaminasi atau menyentuh permukaan yang terinfeksi, mereka dapat tertular virus dari keluarga paramyxovirus itu.