Rabu 24 Nov 2021 05:17 WIB

Cara Mencegah Gelombang Keempat Covid-19 Seperti di Eropa

Eropa kini tengah menghadapi gelombang keempat COVID.

Red:
Gelombang Keempat Covid Eropa
Gelombang Keempat Covid Eropa

Eropa kini tengah menghadapi gelombang keempat COVID. Wajar jika kita bertanya apakah negara lain akan dihadapkan pada nasib yang sama.

Ada beberapa faktor yang akan menjadi penentu: tingkat vaksinasi, sebaran vaksinasi 'booster' atau dosis ketiga yang tinggi, vaksinasi pada anak-anak dan apakah strategi ventilasi yang komprehensi, serta pemakaian masker, testing dan pelacakan masih diterapkan atau tidak.

Pemodelan yang dikeluarkan lembaga OzSAGE NSW di Australia menunjukkan kemungkinan Australia mengalami lonjakan kasus mulai pertengahan Desember dengan puncak yang diprediksi pada Februari 2022, meski tingkat vaksinasi tinggi.

OzSAGE memperingatkan jika pelacakan kontak tidak dipertahankan dan anak-anak berusia 5 hingga 11 tahun tetap tidak divaksinasi, rumah sakit mungkin akan kewalahan lagi.

Tetapi jika kita anak-anak divaksinasi sambil terus mempertahankan jumlah testing dan pelacakan yang tinggi, hasil akhirnya juga akan bagus.

Seandainya Delta tidak ada...

Seandainya virus yang mendominasi penularan saat ini masih adalah jenis virus pertama di tahun 2020, jumlah kasus COVID-19 pastinya sudah terkendali dengan baik di negara-negara yang lebih dari 70 persen populasinya sudah divaksinasi.

Sayangnya, begitu vaksin tersedia, varian baru juga mulai muncul.

Varian Delta yang dominan saat ini lebih berbahaya karena jauh lebih menular dan berpotensi membobol perlindungan vaksin.

Ini berarti tingkat vaksinasi haruslah sangat tinggi, yakni lebih dari 90 persen dari semua orang sudah divaksinasi, termasuk anak-anak usia 5-11 tahun, untuk bisa mengendalikan virus.

Selain itu, kita perlu mulai memikirkan ulang definisi "vaksinasi lengkap" menjadi tiga kali lipat, bukan dua kali lipat.

'Booster' adalah kunci

Dosis ketiga vaksin COVID yang tidak merata di Eropa mungkin menjadi penyebab lonjakan kasus COVID yang di sana.

Jerman, misalnya, bulan Oktober lalu mendorong diberikannya 'booster' untuk orang berusia 70 tahun ke atas dan beberapa kelompok rentan.

Pada 18 November, negara tersebut baru mengubah perizinan 'booster' bagi warga berusia 18 tahun ke atas sebagai reaksi atas lonjakan jumlah kasus COVID.

Prancis juga lambat dan terlalu membatasi dalam menyediakan 'booster' untuk orang dewasa.

Mulai Desember ini, warga berusia di atas 50 tahun yang memenuhi syarat baru mulai mendapatkannya.

Irlandia juga baru hanya menyetujui 'booster' untuk orang berusia 60 tahun ke atas pada akhir Oktober lalu.

Bukti yang ada jelas menunjukkan dosis ketiga diperlukan. Jadi, dengan tingkat vaksinasi yang masih kurang, tepatnya di angka 64 persen di Austria hingga 76 persen di Denmark, pemberian 'booster' yang lambat dan terbatas, ditambah pengabaian protokol kesehatan lain, seperti pemakaian masker, menyebabkan banyak negara Eropa rentan.

Austria, yang memiliki salah satu tingkat vaksinasi terendah, mencatat jumlah kasus tertinggi COVID, serta menjadi negara Eropa pertama yang mewajibkan vaksin.

Gelombang keempat juga didorong oleh penularan COVID pada anak-anak.

Uni Eropa lambat dalam mengeluarkan izin vaksin untuk anak-anak, mendorong Austria untuk mulai memvaksinasi anak-anak tanpa persetujuan Uni Eropa.

Gelombang keempat terjadi setelah beberapa protokol kesehatan, seperti penggunaan masker, kapasitas ruangan, testing dan pelacakan, yang dilonggarkan ditambah kegagalan menjaga sirkulasi udara di ruangan.

Yang terjadi di beberapa negara sudah menjadi bukti. Denmark, misalnya, yang menghentikan semua pembatasan, termasuk aturan pemakaian masker pada bulan September.

Sekarang Denmark menghadapi lonjakan kasus besar meskipun tingkat vaksinasinya relatif tinggi.

Kemungkinan terjadinya gelombang keempat juga tergantung pada aspek epidemiologi SARS-CoV-2. Ada kemungkinan besar varian baru nantinya muncul dan lebih menantang, entah karena lebih cepat menular atau lebih tahan terhadap vaksin.

Namun di saat yang sama, kita telah melihat kemajuan dahsyat dalam bidang ilmu pengetahuan, dengan vaksin diproduksi dalam waktu kurang dari setahun.

Ada banyak lagi vaksin generasi kedua dan 'booster' yang berkualitas baik, dan obat anti-virus baru yang menjanjikan untuk pengobatan dini. Sehingga kemampuan kita untuk melawan virus ini akan terus bertambah.

Bagaimana dengan negara lainnya?

Jadi apakah negara lainnya juga akan menghadapi gelombang keempat? Kemungkinan ya, karena SARS-CoV-2 adalah infeksi epidemi.

Infeksi tersebut akan menyebabkan naik-turunnya infeksi, seperti yang terjadi dengan cacar selama beribu-ribu tahun, atau pun campak.

Namun, mungkin juga kita bisa menghilangkan COVID-19 seperti kita menghilangkan campak, sehingga hanya mengalami penularan dalam jumlah kecil.

Jika kita berhasil, wabah mungkin masih terjadi – tetapi tidak akan sampai berkelanjutan atau tidak terkendali.

Inilah yang dapat dipelajari dari Eropa dan negara-negara lain:

  • pertama, kita perlu menargetkan setidaknya 90 persen dari seluruh populasi untuk divaksinasi, yang harus dilakukan secara adil untuk semua negara bagian,  daerah terpencil dan regional dan untuk semua sub-kelompok termasuk anak-anak
  • kita harus gesit dan responsif bila melihat upaya yang terbukti berhasil, termasuk kebutuhan akan 'booster'. Jika vaksin baru atau booster yang cocok dapat meningkatkan perlindungan terhadap Delta, kita harus segera menjadikannya solusi
  • pusat penitipan anak dan sekolah menjadi garda terdepan baru COVID. Kita harus memastikan ruangan memiliki sirkulasi yang baik, disiplin pemakaian masker, dan vaksinasi yang cukup untuk anak pada saat siswa kembali dari liburan musim panas pada tahun 2022
  • vaksin saja tidak cukup, jadi jangan seperti Denmark dan mulai meremehkan. Kita perlu mengamankan sirkulasi udara dalam ruangan dan memiliki strategi tambahan vaksin 

Jika kita sadar betul COVID dapat menular melalui udara dan mengambil langkah efektif untuk mencegah virus ini, kita dapat mengalahkannya.

Tetapi untuk bisa melakukannya, butuh strategi ventilasi yang berlapis dan komprehensif, tindakan vaksin ekstra, dan kemampuan untuk bergerak cepat ketika muncul bukti.

Tapi hingga saat ini kita harus gencar menjalankan strategi COVID dan memiliki ventilasi yang baik, penggunaan masker, dan tindakan lainnya untuk menghindari gelombang keempat.

Artikel ini dimuat pertama kali di The Conversation dan diproduksi dalam bahasa Indonesia oleh Natasya Salim dari tulisannya dalam bahasa Inggris

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement