Rabu 29 Dec 2021 14:19 WIB

Staf Save the Children Dipastikan Tewas Dibunuh dan Dibakar di Myanmar

Sekurangnya 30 warga sipil termasuk wanita dan anak tewas serta dibakar di Myanmar.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
Dalam foto ini disediakan oleh Karenni Nationalities Defense Force (KNDF), asap dan api mengepul dari kendaraan di kotapraja Hpruso, negara bagian Kayah, Myanmar, Jumat, 24 Desember 2021. Pasukan pemerintah Myanmar menangkap penduduk desa, beberapa diyakini wanita dan anak-anak, menembak mati lebih dari 30 orang dan membakar mayat-mayat itu, kata seorang saksi mata dan laporan lainnya, Sabtu.
Foto:

Dia menyerukan penyelidikan menyeluruh dan transparan atas insiden ini. Sementara itu Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken juga mengutuk serangan itu dalam sebuah pernyataan Selasa (28/12).

Blinken mendesak masyarakat internasional untuk mengakhiri penjualan senjata dan teknologi kepada militer Myanmar. "Penargetan orang-orang tak bersalah dan aktor kemanusiaan tidak dapat diterima, dan kekejaman militer yang meluas terhadap rakyat Burma menggarisbawahi urgensi meminta pertanggungjawaban anggotanya," kata Blinken, merujuk pada Myanmar dengan nama lamanya.

AS, lanjutnya, akan terus menekan pemulihan jalan Burma menuju perdamaian dan demokrasi. Myanmar diketahui berada dalam krisis politik sejak militer mengkudeta pemerintah Aung San Suu Kyi.

Sejak kudeta, militer telah mencoba untuk menegaskan kekuasaannya atas rakyat melalui kekuatan berdarah yang berlebihan. Badan-badan PBB, kelompok hak asasi dan wartawan lokal telah mendokumentasikan pembantaian, penangkapan massal, penyiksaan, pemindahan paksa, laki-laki, perempuan dan anak-anak dibunuh dengan impunitas, persenjataan berat yang digunakan oleh pasukan junta untuk menyerang desa dan membasmi kelompok perlawanan bersenjata, dan pemblokiran bantuan kemanusiaan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement