Selasa 25 Jan 2022 21:57 WIB

Polisi Selidiki Gelaran Pesta di Downing Street Selama Lockdown

Polisi menyelidiki potensi pelanggaran lockdown di Downing Street dan Whitehall

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
 Perdana Menteri Inggris Boris Johnson memberi isyarat selama briefing media virus corona di Downing Street, London, Selasa, 4 Januari 2022. Johnson melihat tidak perlunya pembatasan lebih lanjut untuk mengekang penyebaran varian omicron virus corona, kata juru bicaranya sebelum pers konferensi pada hari Selasa.
Foto:

Sebelumnya Johnson pada Jumat (14/1) meminta maaf kepada Ratu Elizabeth II atas dua pesta yang diadakan di Downing Street atau juga dikenal sebagai No.10 pada malam pemakaman Pangeran Philip. Juru bicara perdana menteri mengatakan, mereka menyesalkan kejadian tersebut.

"Sangat disesalkan bahwa ini terjadi pada saat berkabung nasional, dan No. 10 telah meminta maaf kepada istana," kata juru bicara Perdana Menteri Boris Johnson, dilansir Anadolu Agency.

Dua pesta yang digelar di Downing Street digelar bertepatan dengan pembatasan sosial untuk mencegah penyebaran virus korona. Ketika itu, pemerintah Inggris melarang pertemuan di dalam ruangan dan membatasi pertemuan di luar ruangan maksimal enam orang.

Johnson mendapat kecaman terkait pesta yang digelar di Downing Street pada 17 April 2021, bertepatan dengan malam pemakaman Pangeran Philip. Laporan eksklusif dari surat kabar The Telegraph mengungkapkan bahwa, staf Downing Street minum alkohol hingga dini hari di dua pesta pada malam sebelum pemakaman Pangeran Philip.

Pada 16 April 2021, Inggris menetapkan hari berkabung nasional atas  meninggalnya Pangeran Philip dan memerintahkan pengibaran bendera setengah tiang di gedung-gedung pemerintah.

Saksi mata mengatakan, para staf Downing Street minum alkohol dalam jumlah yang berlebihan dengan musik yang sangat keras, sambil berdansa. Pertemuan itu berlangsung hingga larut malam.

Terungkapnya gelaran pesta di Downing Street selama penguncian Covid-19 telah memberikan lebih banyak tekanan pada Johnson. Sebelumnya, Johnson meminta maaf karena menghadiri pesta pada Mei 2020. Pesta itu digelar ketika Inggris menjalani penguncian atau lockdown pertama.

Seorang anggota parlemen Konservatif yang telah mendukung Johnson dalam menyetujui Brexit, Andrew Bridgen, mengatakan perdana menteri harus mengundurkan diri. Bridgen bersama dengan beberapa politisi lainnya, termasuk pemimpin Konservatif Skotlandia, Douglas Ross mendesak Johnson untuk mengundurkan diri.

"Saya akan selalu berterima kasih atas apa yang telah dicapai Boris dan warisannya harus diperkuat, sekarang dia harus keluar secara bermartabat dari politik," ujar Ross.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement