Senin 14 Feb 2022 12:46 WIB

Hong Kong Kewalahan Hadapi Gelombang Kelima Covid-19

2 pekan terakhir angka infeksi naik 13 kali lipat dari 100 kasus menjadi 1.300 kasus

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Dalam dua pekan terakhir angka infeksi Covid-19 di Hong Kong naik 13 kali lipat dari 100 kasus pada awal Februari menjadi 1.300 kasus pada 13 Februari
Foto: AP/Vincent Yu
Dalam dua pekan terakhir angka infeksi Covid-19 di Hong Kong naik 13 kali lipat dari 100 kasus pada awal Februari menjadi 1.300 kasus pada 13 Februari

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Pemimpin Kota Hong Kong Carrie Lam mengatakan kotanya kewalahan dengan "serangan gencar" infeksi Covid-19. Walaupun sejak awal pandemi angka kematian virus corona di Hong Kong lebih rendah dibanding kota dengan ukuran yang sama di belahan dunia yang lain.

Dalam dua pekan terakhir angka infeksi naik 13 kali lipat dari 100 kasus pada awal Februari menjadi 1.300 kasus pada 13 Februari. Pemerintah Hong Kong berusaha mengendalikan wabah.

Baca Juga

Dalam pernyataannya Senin (14/2/2022) Lam mengatakan pemerintahnya akan berkoordinasi dengan China untuk mengatasi "situasi yang memburuk" ini. Sebelumnya Beijing mengatakan akan membantu Hong Kong dalam menyediakan alat tes, obat dan kapasitas karantina.

Cina berjanji untuk mengamankan kebutuhan mulai dari alat tes antigen dan pelindung diri (APD) sampai sayur-sayuran segar. Stasiun televisi TVB melaporkan angka kasus infeksi di di kota itu pada Senin ini bertambah 1.530 kasus. Rekor baru infeksi harian Hong Kong.  

"Serangan gencar gelombang kelima epidemi telah memberikan pukulan keras pada Hong Kong dan kapasitas kota kewalahan untuk menanganinya," kata Lam.

Ia menambahkan para pasien harus menunggu lebih lama untuk mengakses fasilitas isolasi.  "Situasinya sangat tidak diinginkan dan pemerintah merasa khawatir dan menyesalinya," tambah Lam.

Dengan sistem kesehatan yang sudah kewalahan pakar medis memperingatkan pada akhir Maret mendatang Hong Kong dapat mengalami 28 ribu kasus infeksi per hari. Orang lanjut usia yang belum divaksin menjadi kelompok yang dikhawatirkan.

Data dari Otoritas Rumah Sakit Hong Kong menunjukkan sudah sekitar 90 persen ranjang rumah sakit terisi. Sementara fasilitas isolasi sudah hampir penuh. Kepala manajer Otoritas Rumah Sakit Larry Lee mengatakan kota itu memprioritaskan orang lanjut usia, anak-anak dan yang memiliki kondisi kesehatan serius.

Lam mengatakan pemerintah tidak akan memaksakan implementasi strategi "dynamic zero" Covid-19 seperti yang diterapkan pemerintah pusat Cina. Dengan menahan wabah saat muncul. Berbeda dari negara-negara lain yang mulai mencoba hidup bersama Covid-19.

Warga kota Hong Kong dilarang berkumpul di luar ruangan lebih dari dua orang. Sebagian besar ruang publik seperti sekolah, gereja dan gym ditutup. Restoran dilarang melayani makan di tempat di atas pukul 18.00 waktu setempat dan sebagian besar masyarakat bekerja dari rumah.

Peraturan penerbangan yang ketat menjadikan Hong Kong salah satu kota paling terisolasi di antara kota-kota besar lain di dunia. Perbatasan di kota itu ditutup sejak dua tahun yang lalu.

Pemerintah Hong Kong mengatakan Dewan Legislatif sedang membahas rencana menyuntikan dana sebesar 27 miliar dolar Hong Kong atau 3,46 miliar dolar AS ke anggaran anti-pandemi untuk membantu bisnis dan masyarakat yang terdampak peraturan pembatasan sosial.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement