Senin 21 Mar 2022 15:24 WIB

Prancis Bekukan Dana 22 Miliar Euro Milik Bank Sentral Rusia 

Negara ini juga membekukan dana pada rekening individu di perusahaan Prancis.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Nasabah mengantre ATM di Moskow, Rusia, Ahad (27/2/2022).
Foto: AP Photo/Victor Berzkin
Nasabah mengantre ATM di Moskow, Rusia, Ahad (27/2/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Otoritas Prancis telah membekukan dana senilai 22 miliar euro milik Bank Sentral Rusia. Pembekuan juga diterapkan pada rekening dan properti milik individu-individu yang dikenai sanksi oleh Barat.

“Kami telah membekukan aset Bank Sentral Rusia senilai 22 miliar euro. Kami juga telah membekukan dana pada rekening individu di perusahaan Prancis senilai 150 juta euro,” kata Menteri Ekonomi dan Keuangan Prancis Bruno Le Maire dalam wawancara dengan stasiun radio RTL pada Ahad (20/3/2022).

Baca Juga

Le Maire mengungkapkan, negaranya juga membekukan kepemilikan properti senilai setengah miliar euro yang dipunyai sekitar 30 warga Rusia. Mereka termasuk dalam individu-individu yang dijatuhi sanksi oleh Barat. Prancis juga menahan dua kapal pesiar senilai 150 juta dolar AS.

Le Maire menjelaskan, pembekuan properti tidak berarti pembuangan keuntungan untuk negara. Dalam konteks ini, Pemerintah Prancis hendak memastikan bahwa pemiliknya tidak dapat menjual properti atau menggunakannya untuk memperoleh keuntungan.

Akhir pekan lalu, Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev mengungkapkan, perekonomian negaranya tidak akan pernah runtuh akibat sanksi. “Kami memiliki semua kemungkinan untuk pengembangan sendiri. Sanksi sebelumnya telah banyak membantu kami, memaksa kami untuk mengembangkan substitusi impor di semua sektor, termasuk di bidang sains, untuk mengembangkan teknologi, produk, dan obat-obatan baru," kata Medvedev lewat saluran Telegram pribadinya pada Sabtu (19/3/2022), dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.

Ia menjelaskan, Rusia memiliki banyak mitra yang dapat diandalkan, misalnya China dan negara-negara Asia Tenggara serta Afrika. “Ini adalah pasar yang besar dan menjanjikan, yang tidak begitu bertentangan dengan pasar Eropa. Hasil dari kemitraan dan kerja sama ini cukup nyata,” ucapnya.

Awal bulan ini, Amerika Serikat (AS) memberlakukan larangan impor minyak dan gas dari Rusia. Setelah itu, Washington juga melarang komoditas makanan laut, minuman beralkohol, dan berlian Rusia ke pasar mereka. Perusahaan Amerika lainnya seperti McDonald, Starbucks, Coca-Cola, dan Pepsi juga telah menangguhkan bisnisnya di Rusia. 

Washington bersama Uni Eropa dan Inggris juga telah mengeluarkan Rusia dari Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication atau SWIFT. Ia merupakan jaringan keamanan tinggi yang menghubungkan ribuan lembaga keuangan di seluruh dunia. SWIFT memungkinkan bank untuk memindahkan uang dengan cepat dan aman, mendukung triliunan dolar dalam arus perdagangan serta investasi. Dikeluarkannya Rusia dari SWIFT dianggap sebagai hukuman ekonomi terberat. Karena dengan sanksi itu, Moskow menjadi lebih terisolasi secara ekonomi dibandingkan sebelumnya.

Sejumlah negara sekutu lain juga telah menerapkan larangan ekspor-impor ke dan dari Rusia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement