Rabu 30 Mar 2022 19:15 WIB

Kremlin akan Perluas Pembayaran Rubel untuk Ekspor

Sanksi Barat telah menjadi bumerang dalam melemahkan ekonomi Eropa dan Amerika Utara.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Pengunjung meninggalkan kantor penukaran uang di Moskow, Rusia. Istana Kremlin mempertimbangkan memperluas pembayaran menggunakan rubel untuk ekspor minyak, biji-bijian, pupuk, batu bara, logam dan komoditas utama lainnya.
Foto:

Rusia mengatakan sanksi Barat, khususnya pembekuan sekitar 300 miliar dolar AS cadangan bank sentral Rusia, sama dengan deklarasi perang ekonomi. Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pembekuan cadangan bank sentral adalah kesalahan pada kewajiban Barat ke Rusia yang terkena imbasnya kepada kepercayaan pada dolar AS dan euro.

Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev mengatakan bahwa sanksi Barat telah menjadi bumerang dalam melemahkan ekonomi Eropa dan Amerika Utara. Tindakan itu hanya menaikkan harga bahan bakar.

"Dunia sedang bangun: kepercayaan pada mata uang cadangan mencair seperti kabut pagi. Meninggalkan dolar dan euro sebagai cadangan utama dunia tidak lagi terlihat seperti fantasi," ujar Medvedev yakin era mata uang regional akan datang.

Rusia telah lama berusaha untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS, meskipun ekspor utamanya masih dibayar dalam dolar di pasar global. Secara global, dolar sejauh ini merupakan mata uang yang paling banyak diperdagangkan, diikuti oleh euro, yen, dan pound Inggris.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement