Rabu 11 May 2022 00:18 WIB

Ukraina Lancarkan Serangan Balasan, Klaim Rebut Kembali Desa-Desa di Kharkiv

Ukraina mengklaim telah merebut kembali desa-desa di utara dan timur laut Kharkiv.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Reiny Dwinanda
Prajurit Ukraina dan pekerja darurat membawa mayat seorang tersangka tentara Rusia di Malaya Rohan, sebuah desa yang direbut kembali oleh pasukan Ukraina di pinggiran Kharkiv, Ukraina, Ahad, 8 Mei 2022.
Foto:

Dengan menyerang balik di sekitar Kharkiv, Ukraina sekarang dapat memaksa Rusia mencoba mempertahankan jalur pasokan panjangnya sendiri ke Izyum.

"Penilaian kami, mereka (Rusia) harus menarik beberapa kekuatan dari sumbu yang mengarah ke kendali wilayah Donbas karena apa yang terjadi di Kharkiv," kata pensiunan Jenderal AS Jack Keane yang sekarang menjabat sebagai ketua lembaga Institute for the Study of War.

Sementara itu, di selatan, pasukan Rusia menyerang pabrik baja Azovstal di Mariupol pada Selasa, mencoba merebut benteng terakhir perlawanan Ukraina di kota yang hancur. Puluhan warga sipil telah dievakuasi dari pabrik baja dalam beberapa hari terakhir, tetapi seorang pejabat mengatakan setidaknya 100 orang masih tetap berada di dalam.

Resimen Azov Ukraina, yang bertahan di Azovstal, mengatakan dalam sebuah unggahan media sosial bahwa dalam 24 jam terakhir, 34 pesawat Rusia telah terbang di atas pabrik. Ada delapan serangan mendadak oleh pengebom strategis.

Baca juga : Infografis Sekjen PBB Kunjungi Rusia dan Ukraina

Pabrik disebut mendapat serangan dari angkatan laut Rusia, baik tank, artileri, dan roket. Reuters tidak dapat memverifikasi situasinya.

Di Odesa, petugas pemadam kebakaran berjuang melawan kobaran api hingga Selasa (10/5/2022) dini hari setelah tujuh rudal Rusia menghantam pusat perbelanjaan dan gudang sehari sebelumnya. Angkatan bersenjata Ukraina melaporkan ada satu orang tewas dan lima orang terluka.

Berdasarkan data PBB, jumlah warga Ukraina yang telah mengungsi sejak invasi Rusia pada 24 Februari 2022 mendekati enam juta orang. Hal itu cukup mencemaskan lantaran krisis pengungsi adalah yang paling cepat berkembang sejak Perang Dunia II.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement