"Kami berada dalam situasi seperti tahun 1990-an," kata Pyarai Lal yang tinggal di Sheikhpora Budgam, di salah satu dari tujuh fasilitas perumahan yang dijaga ketat yang disediakan untuk umat Hindu.
"Anak saya adalah seorang guru dan dia tidak menghadiri tugasnya selama dua minggu terakhir. Kami bahkan takut untuk meninggalkan rumah kami. Siapa yang tahu kapan seorang pria bersenjata akan menyerang?" katanya.
Lal pindah ke kota Jammu selatan pada 1987 bersama keluarganya dan kembali pada 2010 setelah pemerintah memberi putranya pekerjaan mengajar. Namun kini, dia dan keluarganya kembali bersiap untuk berangkat.
"Sepertinya situasinya akan semakin buruk dan kami akan segera berangkat ke Jammu,” kata Lal.
Pihak berwenang telah berjanji kepada karyawan akan ditempatkan di lokasi yang lebih aman. Polisi pun memastikan meningkatkan keamanan dengan mengintensifkan operasi kontra-pemberontakan, pengawasan, dan penggunaan drone.
Baca juga : India Hadapi Badai Diplomatik Akibat Pernyataan Politikus yang Hina Nabi Muhammad
Tapi banyak Pandit Kashmir menuduh pihak berwenang melarang mereka pergi dan menuduh bahwa polisi dan pasukan paramiliter telah dikerahkan di gerbang pemerintah yang menyediakan akomodasi untuk menghentikan mereka. "Sepertinya pemerintah sedang menunggu untuk membuat kita semua terbunuh. Atau mereka mencoba menunjukkan kenormalan palsu dengan menahan kami secara paksa di tempat di mana setiap menit tidak aman bagi kami," kata Rinku Bhat yang merupakan seorang Pandit Kashmir.