Kamis 09 Jun 2022 07:58 WIB

Perundingan Turki untuk Buka Jalur Ekspor Gandum Berjalan Alot

Rusia telah merebut sebagian pantai Ukraina yang menghalangi ekspor gandum.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Dalam foto yang dirilis oleh Layanan Pers Kementerian Luar Negeri Rusia, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, kiri, dan Menlu Turki Mevlut Cavusoglu menghadiri pembicaraan termasuk anggota delegasi selama pertemuan mereka di Ankara, Turki, Rabu, 8 Juni 2022.
Foto:

Wakil Direktur Departemen Komersial di wilayah Ukrzaliznytsia, Valerii Tkachov, mengatakan, volume maksimum biji-bijian yang dapat dikirim untuk ekspor dapat meningkat menjadi 1,5 juta ton per bulan selama beberapa minggu mendatang. Jumlah ini meningkat dari sekitar 800 ribu ton pada Mei.

Namun Tkachov mengatakan, peningkatan itu adalah efek dari penumpukan gandum di penyeberangan perbatasan. Kargo yang membawa gandum harus menunggu setidaknya satu bulan untuk melintasinya.

Pekan lalu, PBB menggambarkan pembicaraan dengan Rusia tentang ekspor gandum sebagai hal yang konstruktif.  Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan, pejabat senior PBB mengadakan pembicaraan dengan Ankara, Brussels, Kiev, Moskow, dan Washington dalam 10 hari terakhir. Tetapi Guterres tidak ingin berkomentar lebih lanjut mengenai pembicaraan tersebut.

"Ini adalah salah satu momen ketika diplomasi diam diperlukan, dan kesejahteraan jutaan orang di seluruh dunia bergantung padanya," kata Guterres kepada wartawan. 

Rusia dan Ukraina adalah eksportir biji-bijian terbesar ketiga dan keempat di dunia. Perang Rusia dan Ukraina telah menambah inflasi harga pangan, dan menempatkan pasokan pangan global dalam risiko.  

Rusia telah merebut sebagian besar pantai Ukraina dalam hampir 15 minggu perang. Kapal perang Rusia menguasai Laut Hitam dan Azov, sehinvga menghalangi ekspor pertanian Ukraina dan menaikkan harga gandum.

Ukraina dan Barat menuduh Moskow mempersenjatai persediaan makanan. Sementara Rusia mengatakan, ranjau Ukraina yang diletakkan di laut dan sanksi internasional terhadap Moskow sebagai penyebab kurangnya pasokan pangan global. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement