Sabtu 25 Jun 2022 11:22 WIB

Presiden Xi akan Hadiri Upacara Pengukuhan Pemerintahan Baru Hong Kong

John Lee akan menjadi pemimpin baru Hong Kong pada 1 Juli.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Dalam foto yang dirilis oleh Kantor Berita Xinhua, Presiden China Xi Jinping menyampaikan pidato utama dalam format virtual untuk upacara pembukaan Forum Bisnis BRICS pada Rabu, 22 Juni 2022.
Foto:

Pada Mei lalu, Komite pemilihan Hong Kong memberikan suara untuk calon tunggal John Lee. Komite tersebut terdiri dari hampir 1.500 anggota yang sebagian besar pro-Beijing.

Para anggota komite memberikan suara dalam pemungutan suara rahasia yang akan berlangsung 2,5 jam.  Lee membutuhkan lebih dari 750 suara untuk memenangkan pemilihan. Hingga pukul 11.00 waktu setempat, lebih dari 96 persen anggota Panitia Pemilihan telah memberikan suaranya.

Sebagai satu-satunya kandidat, Lee diperkirakan akan menang dengan mudah. Terutama karena dia mendapat dukungan Beijing, dan bulan lalu memperoleh 786 nominasi dari anggota Komite Pemilihan untuk mendukung pencalonannya.

Pemilihan itu mengikuti perubahan besar pada undang-undang pemilihan Hong Kong tahun lalu, untuk memastikan bahwa hanya "patriot" yang setia kepada Beijing yang dapat memegang jabatan.  Badan legislatif juga dirombak untuk menghilangkan suara-suara oposisi.

Pada Ahad pagi, tiga anggota Liga Sosial Demokrat yang merupakan sebuah kelompok aktivis lokal, menggelar aksi dengan berbaris menuju tempat pemilihan sambil menampilkan spanduk menuntut hak pilih universal yang akan memungkinkan warga Hong Kong untuk memilih legislatif dan eksekutif.

“Hak asasi manusia atas kekuasaan, rakyat lebih besar dari negara.  “Satu orang, satu suara untuk kepala eksekutif.  Segera terapkan hak pilih universal ganda," ujar tulisan yang ada di spanduk.

Seorang pengunjuk rasa membagikan brosur sebelum polisi tiba dan mengepung para pengunjuk rasa. Polisi juga menggeledah barang-barang pengunjuk rasa dan mencatat data pribadi mereka, meskipun tidak ada penangkapan.

Kubu pro-demokrasi Hong Kong telah lama menuntut hak pilih universal. Hal ini merupakan tuntutan utama dalam protes Revolusi Payung 2014 dan demonstrasi anti-pemerintah 2019.

Lee yang akan menjadi pemimpin masa depan Hong Kong dapat memicu kekhawatiran. Karena Beijing dapat semakin mempererat cengkeramannya di kota tersebut.

Lee menghabiskan sebagian besar karirnya sebagai pegawai negeri di kepolisian dan biro keamanan. Dia merupakan pendukung undang-undang keamanan nasional. Undang-undang ini bertujuan untuk membasmi perbedaan pendapat. Sebagai sekretaris keamanan, Lee mengawasi polisi yang menghadapi pengunjuk rasa dengan gas air mata dan peluru karet.

Dalam kampanye pemilihannya, Lee berjanji untuk memberlakukan undang-undang lokal untuk melindungi dari ancaman keamanan.  Lee mengatakan, dia akan meningkatkan daya saing dan menetapkan dasar yang kuat untuk pembangunan Hong Kong.

Lebih dari 150 orang telah ditangkap di bawah undang-undang keamanan, yang melarang pemisahan diri, subversi, terorisme dan kolusi dengan pasukan asing untuk campur tangan dalam urusan kota.  Hampir semua aktivis pro-demokrasi terkemuka telah dipenjara. Sementara yang lainnya melarikan diri ke luar negeri atau menerima intimidasi untuk tidak bersuara.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement