Direktur WHO untuk Afrika Dr Matshidiso Moeti mengungkapkan, otoritas kesehatan telah merespons dengan cepat kemunculan Marburg. Mereka bersiap menghadapi kemungkinan wabah.
"Ini bagus karena tanpa tindakan segera dan tegas, Marburg bisa dengan mudah lepas kendali," ucapnya.
Moeti mengatakn WHO berada di lapangan untuk mendukung otoritas kesehatan. Kini, setelah wabah diumumkan, WHO mengumpulkan lebih banyak sumber daya untuk merespons.
Marburg berpotensi sangat berbahaya dan mematikan. Pada wabah di masa lalu, tingkat kematian akibat Marburg berkisar antara 24 hingga 88 persen.
Kemunculan Marburg di Ghana menandai kedua kalinya penyakit itu terdeteksi di Afrika Barat. Sebelumnya, Guinea sudah mengumumkan wabah Marburg pada Agustus lalu.Menurut WHO, wabah Marburg pernah terjadi di Angola, Kongo, Kenya, Afrika Selatan, dan Uganda.