Ahad 14 Aug 2022 18:09 WIB

Uni Eropa Prihatin dengan Kehidupan Kaum Perempuan Afghanistan

Uni Eropa menegaskan, Afghanistan harus mematuhi perjanjian internasional.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Perempuan pengungsi Afghanistan di perbatasan Polandia -Belarusia. Uni Eropa menyampaikan keprihatinan atas kondisi perempuan dan anak perempuan di Afghanistan.
Foto:

Akhir bulan lalu, organisasi hak asasi manusia (HAM) Amnesty International mengatakan, kehidupan perempuan dan anak perempuan di Afghanistan telah dihancurkan oleh kebijakan diskriminatif Taliban. Dalam laporannya yang dirilis 27 Juli lalu, Amnesty menyoroti tentang kebijakan Taliban melarang anak perempuan di Afghanistan bersekolah mulai dari kelas tujuh. Pembatasan akses terhadap perempuan untuk bekerja dan aturan pemakaian burka turut disorot.

Dalam laporan tersebut, Amnesty pun menuding Taliban menghancurkan perlindungan bagi perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga. Taliban disebut turut berkontribusi pada lonjakan pernikahan anak di Afghanistan. Laporan Amnesty juga mendokumentasikan penyiksaan dan pelecehan terhadap wanita yang ditangkap oleh Taliban karena memprotes kebijakan-kebijakan pembatasan itu.

“Secara keseluruhan, kebijakan-kebijakan ini membentuk sistem represi yang mendiskriminasi perempuan dan anak perempuan di hampir setiap aspek kehidupan mereka. Tindakan keras yang menyesakkan terhadap populasi wanita Afghanistan ini meningkat dari hari ke hari,” kata Amnesty dalam laporannya.

Terkait peningkatan pernikahan anak, Amnesty mengungkapkan, hal itu dipengaruhi oleh krisis ekonomi dan kemanusiaan yang tengah melanda Afghanistan. Kurangnya prospek pendidikan dan pekerjaan bagi perempuan serta anak perempuan turut berperan dalam melonjaknya pernikahan anak.

Namun menurut Amnesty, mereka pun menemukan adanya perempuan dan anak perempuan yang dipaksa menikah dengan anggota Taliban. Tekanan kepada mereka muncul dari Taliban atau keluarganya sendiri. Laporan Amnesty dibuat oleh para peneliti mereka saat mengunjungi Afghanistan pada Maret lalu. Mereka mewawancarai 90 perempuan dan 11 anak perempuan dengan rentang usia antara 14-74 tahun di seluruh Afghanistan.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement