Kamis 25 Aug 2022 17:35 WIB

China Longgarkan Pemberian Visa

China melonggarkan pembatasan ketat pemberian visa termasuk pada pelajar.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
China melonggarkan pembatasan ketat pada pemberian visa
Foto: Sergei Chirikov/EPA
China melonggarkan pembatasan ketat pada pemberian visa

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- China melonggarkan pembatasan ketat pada pemberian visa setelah sebagian besar menangguhkan penerbitannya kepada pelajar asing dan lainnya lebih dari dua tahun lalu. Sebelum pandemi, China menampung hampir 500 ribu mahasiswa asing, terutama dari Korea Selatan dan negara-negara Asia lainnya.

Preferensi diberikan kepada pemegang izin perjalanan yang dikeluarkan oleh forum Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik. Pelonggaran juga dapat dinikmati mahasiswa yang telah memperoleh hak tinggal di China yang memungkinkan mereka untuk tinggal dan bekerja di negara tersebut.

Baca Juga

Pelonggaran pembatasan visa sangat penting bagi mahasiswa India, terutama mereka yang mengejar gelar kedokteran yang jauh lebih terjangkau di China daripada di negara-negara Barat. "Untuk mahasiswa yang kembali ke China untuk melanjutkan studi mereka: ‘Certificate of Returning to Campus’ yang dikeluarkan oleh universitas di China diperlukan," kata Kedutaan Besar China di India.

Kedutaan Besar China di Indonesia juga memposting pemberitahuan yang mengatakan aturan baru untuk pelajar dan lainnya akan berlaku mulai Rabu. Catatan serupa diposting di situs web Kedutaan dan konsulat China lainnya termasuk di Amerika Serikat, Pakistan, Filipina, Malaysia, Jepang dan kota Manchester di Inggris utara, Jerman, Prancis, Kanada, Selandia Baru, Kolombia, dan Singapura.

Langkah Kementerian Luar Negeri China ini tampaknya menunjukkan upaya menuju pemulihan keterlibatan pelajar asing yang lebih luas, meskipun masih belum jelas kapan turis asing akan disambut kembali. China masih mengharuskan individu yang datang dari luar negeri melakukan karantina di hotel atau rumah pribadi dan memberikan bukti tes negatif untuk masuk ke banyak ruang publik dan komersial.

China sebagian besar menutup perbatasannya setelah virus pertama kali terdeteksi di kota Wuhan wilayah tengah pada akhir 2019. Pemerintah telah menerapkan kebijakan garis keras zero-Covid yang telah membuat jutaan orang terkurung. Langkah-langkah seperti itu secara bertahap telah diangkat di tengah berkurangnya jumlah kasus dan protes publik terhadap biaya ekonomi dan sosial.

Wabah sporadis terus terjadi,dengan 1.641 kasus baru penularan domestik diumumkan pada Rabu, termasuk di daerah yang jauh seperti Tibet dan Xinjiang di barat laut. Sebagian besar dari mereka tidak menunjukkan gejala dan tidak ada kematian baru yang dilaporkan.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement