Kamis 22 Sep 2022 06:40 WIB

Akses Internet Diputus karena Aksi Demonstrasi yang Terus Berlanjut di Iran

Pemutusan akses internet untuk alasan keamanan.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Friska Yolandha
Lava Baker memegang jilbab dan plakat selama protes terhadap kematian Mahsa Amini Iran di Iran, di Lapangan Martir di pusat kota Beirut, Lebanon, Rabu, 21 September 2022. Protes meletus di seluruh Iran dalam beberapa hari terakhir setelah Amini , seorang wanita berusia 22 tahun, meninggal saat ditahan oleh polisi moral karena melanggar aturan berpakaian Islami yang diterapkan secara ketat di negara itu.
Foto:

Juru bicara Bank Sentral Mostafa Qamarivafa membantah bahwa bank diretas. Menurut pernyataan yang diberikan kepada kantor berita resmi pemerintah IRNA, situs web hanya tidak dapat diakses karena serangan terhadap server yang menampungnya. Situs web itu kemudian dipulihkan.

Iran telah menjadi sasaran beberapa serangan siber dalam beberapa tahun terakhir, banyak oleh peretas yang mengungkapkan kritik terhadap teokrasinya. Tahun lalu, serangan siber melumpuhkan pompa bensin di seluruh negeri.

Ulah ini membuat antrean panjang pengendara yang marah karena tidak bisa mendapatkan bahan bakar bersubsidi selama berhari-hari. Pesan yang menyertai serangan itu tampaknya merujuk pada pemimpin tertinggi.

Usai kematian Amini, Iran telah menyaksikan protes nasional atas kematian perempuan berusia 22 tahun. Demonstran bentrok dengan polisi dan menyerukan kejatuhan negara tu sendiri, bahkan ketika Presiden Iran Ebrahim Raisi berpidato di Majelis Umum PBB pada Rabu.

Protes berlanjut untuk hari kelima pada Rabu, termasuk di ibu kota, Teheran. Menurut kantor berita semi-resmi pemerintah Iran, Fars, polisi di sana menembakkan gas air mata ke pengunjuk rasa yang meneriakkan "matilah diktator," dan "Saya akan membunuh orang yang membunuh saudara perempuan saya."

Kantor hak asasi manusia PBB mengatakan, polisi moral telah meningkatkan operasi dalam beberapa bulan terakhir dan menggunakan metode yang lebih kejam. Mereka diketahui menampar perempuan, memukulinya dengan tongkat, dan mendorong mereka ke dalam kendaraan polisi.

Inggris merilis sebuah pernyataan pada Rabu, menyerukan penyelidikan atas kematian Amini dan agar Iran menghormati hak untuk berkumpul secara damai. Raisi sebelumnya juga sudah meminta penyelidikan kematian Amini.

Tapi, para pejabat Iran menyalahkan protes yang terus berkobar pada negara-negara asing yang tidak disebutkan namanya. Mereka dinilai sedang mencoba untuk menimbulkan kerusuhan.

Iran telah bergulat dengan gelombang protes dalam beberapa tahun terakhir, terutama atas krisis ekonomi jangka panjang yang diperburuk oleh sanksi Barat terkait dengan program nuklirnya. Pemerintahan Biden dan sekutu Eropa telah bekerja untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir Iran 2015, Iran mengekang kegiatan nuklirnya dengan imbalan keringanan sanksi, tetapi pembicaraan telah menemui jalan buntu selama berbulan-bulan.

Dalam pidatonya di PBB, Raisi mengatakan, Iran berkomitmen untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir tetapi mempertanyakan, apakah itu bisa memercayai komitmen AS untuk kesepakatan apa pun. Pernyataan itu merujuk pada keputusan Presiden AS Donald Trump yang secara sepihak menarik diri dari perjanjian Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). 

 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement