Jumat 30 Dec 2022 06:26 WIB

LSM di Afghanistan Tak Bisa Bekerja Tanpa Staf Perempuan

Larangan Taliban memperberat kerja LSM dan membuat perempuan tak berpenghasilan.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
 Seorang pejuang Taliban berjaga-jaga ketika seorang wanita berjalan melewati Kabul, Afghanistan, Senin, 26 Desember 2022. Keputusan Taliban baru-baru ini terhadap wanita Afghanistan termasuk larangan pendidikan universitas dan bekerja untuk LSM, yang memicu protes di kota-kota besar. Keamanan di ibu kota Kabul semakin intensif dalam beberapa hari terakhir, dengan lebih banyak pos pemeriksaan, kendaraan bersenjata, dan pasukan khusus Taliban di jalanan. Pihak berwenang belum memberikan alasan untuk keamanan yang lebih ketat.
Foto:

Menyusul pengumuman Taliban, Save the Children dan CARE International juga menangguhkan pekerjaan mereka di Afghanistan. “Kami tidak dapat bekerja secara efektif untuk menjangkau anak-anak, wanita dan pria yang sangat membutuhkan di Afghanistan tanpa staf wanita kami," kata Save the Children dalam sebuah pernyataan pada Ahad (25/12/2022).

Save the Children menjalankan sejumlah program termasuk klinik medis keliling dan kelas pendidikan. Saat ini, LSM tersebut memiliki kurang dari 2.500 staf wanita di Afghanistan. Sementara Komite Palang Merah Internasional (ICRC) memiliki sekitar 1.800 staf di Afghanistan, yaiu campuran antara perempuan dan laki-laki serta pekerja internasional dan warga Afghanistan.

“Perhatian utama ICRC adalah dampak keputusan ini terhadap situasi kemanusiaan yang benar-benar mengerikan di Afghanistan,” kata juru bicara ICRC, Lucien Christen.

Berbeda dengan lembaga lain, ICRC masih melanjutkan operasinya di Afghanistan. Larangan Taliban muncul pada saat yang sangat buruk, yaitu ketika warga Afghanistan menghadapi cuaca musim dingin. Christen menambahkan bahwa, jumlah pasien yang menderita pneumonia meningkat di 33 rumah sakit Afghanistan yang didukung oleh staf ICRC.

Untuk saat ini, satu-satunya hal yang dapat dilakukan oleh lembaga bantuan adalah mencoba bernegosiasi dengan Taliban untuk membatalkan keputusan itu. Tetapi situasinya masih sangat tidak dapat diprediksi.

“Kami mendesak pihak berwenang untuk sepenuhnya mempertimbangkan apa implikasi (dari pelarangan perempuan bekerja untuk LSM) nantinya,” kata Christen.

Taliban kembali berkuasa di Afghanistan pada 2021 setelah koalisi militer pimpinan AS menarik diri dari negara itu setelah 20 tahun. Namun sejak kembali berkuasa, Taliban telah menerapkan larangan ketat terhadap perempuan. Antara lain, larangan bagi perempuan mengakses pendidikan di sekolah menengah dan universitas.  

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement