Senin 23 Jan 2023 10:00 WIB

Bertemu Presiden Mesir, Menlu Italia Bahas Masalah Bilateral Sensitif

Kedua pejabat negara tersebut membahas kasus Giulio Regeni dan Patrick George Zaki.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
Menteri Luar Negeri Italia Antonio Tajani melakukan pembicaraan dengan Presiden Mesir Abdul Fattah as-Sisi pada Ahad (22/1/2023).
Foto: EPA-EFE/CLAUDIO PERI
Menteri Luar Negeri Italia Antonio Tajani melakukan pembicaraan dengan Presiden Mesir Abdul Fattah as-Sisi pada Ahad (22/1/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Kepala diplomat Italia mengadakan pembicaraan dengan pejabat Mesir dan Liga Arab di Kairo pada Ahad (22/1/2023). Pembahasan berfokus pada keamanan regional dan konflik di negara tetangga Libya, serta masalah bilateral yang sensitif.

Menteri Luar Negeri Italia Antonio Tajani melakukan pembicaraan dengan Presiden Mesir Abdul Fattah as-Sisi. Tajani mengatakan, pertemuan itu membahas keamanan energi dan kerja sama ekonomi di Mediterania.

Baca Juga

Tapi, pembahasan utama keduanya berfokus pada ketidakstabilan politik di Libya dan upaya untuk menghentikan imigrasi ilegal dari negara itu. Tajani mengatakan perjalanannya ke Mesir dan sebelumnya ke Tunisia, serta kunjungan Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni ke Aljazair adalah bagian dari upaya Italia untuk meningkatkan ikatan energinya di wilayah tersebut. Perjalan itu juga membendung arus migran yang melintasi Laut Mediterania ke Eropa.

“Kita harus berbuat lebih banyak karena bagi kami tema energi adalah salah satu kepentingan yang luar biasa…biaya energi terlalu tinggi untuk tetap kompetitif, bahkan di dalam Uni Eropa,” kata Tajani.

Mesir menampung lebih dari enam juta migran dan selama bertahun-tahun telah menggembar-gemborkan upayanya untuk mencegah kapal migran berangkat dari pantainya. Namun pada 2022, para migran Mesir termasuk di antara warga negara teratas yang tiba di pantai Eropa terutama dengan melakukan perjalanan terlebih dahulu melalui negara tetangga Libya sebelum melakukan perjalanan laut yang berbahaya.

"Solusi untuk masalah Libya adalah bagian dari solusi untuk masalah imigrasi ilegal,” kata Tajani menegaskan Italia dapat menerima lebih banyak migran legal termasuk dari Mesir, jika penyeberangan ilegal dikendalikan.

Libya telah menjadi pusat bagi migran Afrika dan Timur Tengah yang ingin melakukan perjalanan ke Eropa, dengan Italia menerima puluhan ribu setiap tahun. Roma telah mencapai kesepakatan dengan pihak berwenang di ibu kota Tripoli dalam beberapa tahun terakhir untuk mencoba mencegah arus migran.

Libya telah terperosok dalam kekacauan sejak pemberontakan yang didukung NATO menggulingkan dan membunuh diktator lama Moammar Gadhafi pada 2011. Negara itu sekarang terpecah antara dua administrasi yang mengklaim legitimasi. Mesir mendukung pasukan yang berbasis di timur Libya sementara Italia mendukung pemerintahan yang berbasis di Tripoli.

Selain itu, Tajani mengatakan, dia dan Sisi mengangkat kasus Giulio Regeni, seorang mahasiswa pascasarjana Italia yang diculik, disiksa, dan dibunuh di Kairo pada 2016. Dia juga menyinggung kasus Patrick George Zaki, seorang aktivis Mesir yang belajar di Bologna yang telah ditahan selama hampir dua tahun. 

“Saya meminta dan mendapat jaminan untuk kerja sama yang kuat dalam kasus Regeni dan Zaki,” tulis Tajani di Twitter.

Kemudian pada hari yang sama, Tajani mengatakan pada konferensi pers bersama dengan Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry, bahwa Mesir siap untuk menghilangkan hambatan untuk menyelesaikan kedua kasus tersebut. Dia tidak memberikan rincian lebih lanjut.

Kasus Regeni mengguncang hubungan Kairo dengan Roma, dengan keluarga Regeni dan otoritas Italia menuduh pasukan keamanan Mesir menyiksa dan membunuhnya. Layanan keamanan Mesir membantah terlibat dalam penculikan atau kematian Regeni.

Pria berusia 28 tahun tersebut adalah seorang mahasiswa doktoral Cambridge University yang meneliti gerakan buruh di Mesir ketika diculik pada 25 Januari 2016. Tubuhnya ditemukan di pinggir jalan beberapa hari kemudian dengan bekas penyiksaan yang ekstensif, seperti yang dilakukan oleh para aktivis dan kelompok hak asasi katakan tersebar luas di dalam fasilitas penahanan Mesir.

Sementara itu, Zaki dibebaskan pada Desember 2021 sambil menunggu persidangannya atas tuduhan menyebarkan berita palsu tentang Mesir baik di dalam maupun luar negeri. Dia tidak dapat bepergian sejak dibebaskan.

Penahanan dan persidangan Zaki menjadi berita halaman depan di Italia dan memicu gelombang protes mahasiswa di sana. Bagi banyak orang Italia, penahanannya mengingatkan pada kematian Regeni.

Di Italia, tokoh politik oposisi bereaksi pedas terhadap pernyataan Tajani bahwa Mesir telah memberikan kepastian tentang kasus Regeni dan Zaki. Persidangan in absentia Italia terhadap pejabat tinggi keamanan Mesir terhenti ketika secara resmi memberi peringatan terhadap para terdakwa di Mesir. Mereka telah diperintahkan untuk diadili dalam penculikan dan pembunuhan Regeni.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement