REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Jerman akan mengirim tank Leopard 2 ke Ukraina dan memungkinkan negara lain seperti Polandia melakukan hal yang sama. Dua sumber yang mengetahui informasi menyatakan, Amerika Serikat (AS) juga dapat memasok tank Abrams.
Majalah Der Spiegel yang pertama kali merilis informasi tersebut. Dalam laporan itu disebutkan keputusan Jerman menyangkut setidaknya satu kompi tank Leopard 2 A6. Satu kompi biasanya terdiri dari 14 tank.
"Hari ini Kanselir membuat keputusan yang tidak bisa dianggap enteng. Fakta bahwa Jerman akan mendukung Ukraina dengan tank Leopard adalah tanda solidaritas yang kuat," kata pemimpin parlemen dari Partai Demokrat Bebas (FDP) Christian Duerr.
Tidak ada konfirmasi resmi dari Berlin atau Washington pada Selasa (24/1/2023) malam. Seorang juru bicara pemerintah Jerman dan Kementerian Luar Negeri dan Pertahanan di Berlin menolak berkomentar.
Hanya saja para pejabat di Kiev dengan cepat memuji potensi pengubah permainan di arena perang yang sekarang berusia 11 bulan. "Beberapa ratus tank untuk awak tank kami, awak tank terbaik di dunia. Inilah yang akan menjadi pukulan nyata demokrasi melawan otokrasi dari rawa," ujar kepala pemerintahan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy Andriy Yermak di Telegram.
Kiev telah memohon selama berbulan-bulan untuk pengiriman tank-tank dari Barat. Armada ini diklaim sangat dibutuhkan untuk memberikan pasukannya daya tembak dan mobilitas untuk menerobos garis pertahanan Rusia dan merebut kembali wilayah yang diduduki di timur dan selatan.
Garis depan dalam perang, yang membentang lebih dari 1.000 kilometer melalui Ukraina timur dan selatan, sebagian besar telah membeku selama dua bulan meskipun ada kerugian besar di kedua sisi. Rusia dan Ukraina diyakini secara luas sedang merencanakan serangan baru.
Memasok Ukraina dengan sejumlah besar tank tempur berat modern telah mendominasi diskusi di antara sekutu Kiev dalam beberapa hari terakhir. Berlin sangat penting, karena Leopard buatan Jerman secara luas dipandang sebagai pilihan terbaik dengan ketersediaan dalam jumlah besar dan mudah digunakan serta dipelihara.
Partai Sosial Demokrat yang dipimpin Kanselir Jerman Olaf Scholz telah mewaspadai tindakan yang dapat memacu Rusia untuk meningkatkan perang. Keputusan pengerahan tank itu juga bisa dianggap sebagai risiko aliansi NATO ditarik ke dalam konflik Ukraina-Rusia.
Tapi, keragu-raguan itu mendapatkan tekanan yang terus meningkat dari Polandia dan sekutu lainnya. Beberapa sekutu UE menolak posisi itu, dengan mengatakan Rusia sudah berkomitmen penuh dalam serangannya yang berusia 11 bulan di Ukraina
Sedangkan Warsawa mengatakan telah secara resmi mengirim permintaan kepada pemerintah Berlin untuk mengizinkannya mengirim beberapa Leopard yang dimiliki. Aturan pengadaan pertahanan berarti Berlin harus menyetujui ekspor ulang tank itu oleh sekutunya.
Selain itu, dua pejabat AS mengatakan, pemerintahan Joe Biden mungkin menghentikan penentangannya untuk mengirim beberapa tank M1 Abrams. Meski Abrams dianggap kurang cocok daripada Leopard untuk Ukraina karena konsumsi bahan bakarnya yang berat dan sulitnya perawatan, langkah seperti itu tampaknya dirancang untuk memudahkan Jerman untuk mengizinkan suplai Leopard ke medan perang.
Pentagon menolak mengomentari pengumuman yang akan datang tentang Abrams. Pemerintah AS juga menolak berkomentar apakah Jerman mungkin lampu hijau pengiriman Leopard.
Tapi bantuan yang telah pasti akan didapatkan Ukraina adalah kucuran dana untuk bantuan militer dari Uni Eropa (UE). Para menteri luar negeri UE sepakat mengalokasikan tambahan 500 juta euro untuk peralatan tidak mematikan dalam misi pelatihan militer UE untuk Ukraina.