REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Sejumlah negara Arab menyambut baik pengumuman pemulihan hubungan diplomatik antara Arab Saudi dan Iran pada Jumat (10/3/2023) menyusul pembicaraan di Beijing. Kementerian Luar Negeri Mesir berharap "kesepakatan itu akan meredakan ketegangan di kawasan dan berkontribusi untuk menstabilkan sekaligus mempertahankan kemampuan keamanan negara Arab."
Otoritas Irak mengatakan pihaknya menganggap "sebuah lembaran baru telah dibuka dalam hubungan diplomatik antar kedua negara." Sementara itu, Kesultanan Oman juga menyambut baik kesepakatan itu.
"Ini adalah hasil yang baik bagi semua orang dan akan menguntungkan keamanan kawasan dan global. Kami berharap untuk jangka yang lebih panjang juga terdapat potensi peningkatan manfaat ekonomi bagi semua," cuit Menteri Luar Negeri Badr Al-Busaidi di Twitter.
Perdana Menteri sekaligus Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani menyambut baik kesepakatan tersebut saat menelepon Menteri Luar Negeri Arab Saudi Faisal bin Farhan, menurut kantor berita Qatar, QNA. Sheikh Mohammed menyampaikan harapannya agar kesepakatan itu dapat memperkuat stabilitas dan keamanan di kawasan dan memenuhi aspirasi warga di Arab Saudi, Iran dan di seluruh kawasan.
Pernyataan respons positif juga diutarakan kelompok Houthi di Yaman, Hizbullah di Lebanon dan Hamas di Palestina. Iran dan Arab Saudi sepakat merajut kembali hubungan diplomatik mereka setelah beberapa hari menggelar musyawarah antar pejabat tinggi keamanan.
Dua negara bertetangga di Teluk Persia itu putus hubungan setelah misi diplomatik Arab Saudi di Teheran diserang massa pada Januari 2016 menyusul eksekusi ulama Syiah Saudi, Sheikh Nimr Al Nimr. Kedua negara kemudian terlibat dalam pembicaraan maraton sejak April 2021 untuk melanjutkan hubungan dan dimediasi oleh Irak.
Teheran dan Riyadh sebelumnya menyatakan ada kemajuan dalam pembicaraan, namun terobosan masih sulit dicapai.