Senin 13 Mar 2023 12:46 WIB

Misteri Ledakan Nord Stream

Penyelidikan dan kajian masih belum menemukan jawaban dalang dibalik ledakan

 Dalam gambar ini disediakan oleh Penjaga Pantai Swedia, rilis kecil dari Nord Stream 2 terlihat, Rabu, 28 September 2022. Kebocoran keempat pada pipa Nord Stream telah dilaporkan di Swedia selatan. Sebelumnya, tiga kebocoran telah dilaporkan pada dua pipa bawah laut yang mengalir dari Rusia ke Jerman.
Foto:

Laporan New York Times

Tidak hanya Hersh dan Rusia, ternyata surat kabar AS, New York Times, pada Selasa (7/3) juga menyatakan bahwa kajian intelijen baru yang dilihat oleh sejumlah pejabat Amerika Serikat (AS) mengindikasikan bahwa kelompok pro-Ukraina melakukan serangan sabotase terhadap jaringan pipa gas Nord Stream tahun lalu.

Namun, New York Times mengingatkan bahwa kajian intelijen tersebut belum memiliki kesimpulan yang tegas, seraya menyebutkan bahwa kelompok itu terdiri dari warga negara Ukraina atau Rusia.

Kajian intelijen itu mengatakan pihak yang melakukan serangan adalah kelompok penentang Presiden Rusia Vladimir Putin, tetapi tidak memberikan gambaran terperinci mengenai anggota kelompok itu, atau siapa yang mengarahkan atau membayar operasi tersebut.

Menurut New York Times, para pejabat AS tersebut menolak mengatakan status kajian itu, bagaimana mereka memperolehnya atau perincian terkait bukti-bukti yang disajikan.

Mereka yang melihat kajian intelijen itu mengaku percaya bahwa pelaku sabotase kemungkinan besar adalah warga negara Ukraina atau Rusia, atau gabungan dari keduanya, serta tidak ada warga negara AS atau Inggris yang terlibat.

Selain itu, laporan surat kabar tersebut juga menyatakan tidak terdapat bukti bahwa Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy atau pejabat pemerintahan Ukraina lainnya berada di balik ledakan dan kebocoran gas alam di Laut Baltik.

Merespons pemberitaan tersebut, Juru Bicara Gedung Putih John Kirby, sebagaimana dikutip dari kantor berita Reuters, menyatakan kepada wartawan bahwa Washington masih menunggu penyelidikan di Jerman, Swedia dan Denmark, sebelum mengambil kesimpulan.

"Kami percaya, dan Presiden (Joe Biden) telah mengatakan ini, bahwa ini adalah tindakan sabotase. Namun, kita harus membiarkan penyelidikan ini sampai tahap kesimpulan dan pada saat itulah dapat dilihat tindakan lanjutan apa yang selayaknya harus atau jangan dilakukan," katanya.

Penyelidikan internasional

Sementara itu, Wakil Duta Besar Rusia untuk PBB Dmitry Polyanskiy kepada Reuters mengatakan bahwa laporan New York Times itu "hanya membuktikan bahwa inisiatif kami untuk meluncurkan penyelidikan internasional di bawah naungan Sekjen PBB, sangat tepat waktu".

Polyanskiy menegaskan bahwa pada akhir Maret dipastikan akan ada pemungutan suara di PBB. Sejumlah negara juga telah menyerukan adanya penyelidikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atas ledakan pipa gas Nord Stream, antara lain Hongaria dan China.

Menteri Luar Negeri Hongaria Peter Szijjarto mendesak agar pengungkapan terhadap kebenaran kasus ini harus menjadi kepentingan internasional yang paling tinggi.

Sedangkan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin mengatakan bahwa masyarakat internasional berhak untuk menuntut pengadaan penyelidikan khusus terhadap kasus ledakan pipa gas Nord Stream.

Wang mengatakan sangat penting untuk melakukan penyelidikan yang objektif, imparsial, dan profesional terkait ledakan jalur pipa gas yang pernah dianggap sebagai jalur energi vital Eropa itu, mengingat ledakan tersebut berdampak serius terhadap pasar energi global dan lingkungan ekologis.

Kabar terakhir dalam penyelidikan juga menyebutkan bahwa kepolisian Denmark sedang mencari sebuah kapal pesiar di sebuah pulau kecil di Laut Baltik di dekat lokasi ledakan pipa gas Nord Stream. Pihak berwenang Jerman juga menyatakan telah menyelidiki sebuah kapal yang diduga menjadi sarana transport peledak.

Sementara itu, seorang analis militer asal Denmark pada Rabu (8/3) mempertanyakan klaim yang dilontarkan oleh media Jerman dan Amerika Serikat bahwa terdapat pelaku nonnegara yang bertanggung jawab atas ledakan jalur pipa gas Nord Stream.

"Turun dan menyelam di kedalaman seperti itu dan menempatkan begitu banyak bahan peledak merupakan sebuah operasi yang menantang, jadi terdengar sedikit konyol bagi saya jika seseorang melakukannya menggunakan kapal layar sewaan," sebut kantor berita Denmark, Ritzau, mengutip Anders Puck Nielsen dari Akademi Pertahanan negara itu.

Sedangkan Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell mengingatkan berbagai pihak bahwa berbagai pihak jangan mengambil kesimpulan terlalu dini atau spekulasi.

Borrell mengemukakan bahwa selama penyelidikan berlangsung, maka masih belum ada kesimpulan pasti yang dapat diambil. Dia juga menyatakan bahwa pihaknya tidak takut dengan berbagai kebenaran yang akan terungkap, apa pun bentuk kebenaran itu.

Pernyataan bijak Borrell itu memang layak untuk dikedepankan, karena dunia harus mengetahui dengan terang benderang kebenaran akan dalang peledakan gas Nord Stream, yang juga telah memperkeruh kondisi global di tengah konflik Rusia-Ukraina yang hingga kini masih membara.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement